Liputan6.com, Tokyo - Isu wanita penghibur (jugun ianfu) semasa perang dunia adalah topik sensitif antara Korea Selatan dan Jepang. Dulu, tentara penjajah Jepang banyak meminta wanita penghibur dari Korea Selatan hingga China.
Jepang masih tidak mau minta maaf secara resmi atas isu tersebut. Terkini, muncul kabar adanya patung yang disebut menggambarkan Perdana Menteri Jepang Shinzo yang meminta ampun ke wanita penghibur.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir Kyodo, Selasa (28/7/2020), Ketua Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga, mengatakan jika kabar itu benar, maka hubungan antara kedua negara bisa terkena dampak.
Saat ini, pihak Jepang sedang menelusuri kebenaran terkait patung yang berada di Korea Botanical Garden itu.
"Meski kami masih belum mengonfirmasi hal tersebut, hal itu tidaklah dapat diterima di bawah kesantunan internasional," kata Suga.
Patung yang mengundang kontroversi itu bernama Everlasting Atonement (penebusan abadi).
Pihak Korea Botanical Garden membantah bahwa patung it menggambarkan Shinzo Abe atau memiliki kepentingan politik.
Media Korsel melaporkan pemahat patung itu berkata bahwa, "pengampunan hanya memungkinkan jika Jepang terus meminta penebusan sampai Korea Selatan menerimanya."
Warganet di Korea Selatan terpecah mengenai patung wanita penghibur ini. Ada yang menilainya sebagai karya seni yang cocok mewakili isu ini, namun ada yang menganggap tidak sopan untuk menampilkan kepala negara dengan cara demikian.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Subsidi Perjalanan untuk Turis Domestik di Jepang
Beralih ke wisata Jepang, negara itu mulai memberlakukan kampanye subsidi perjalanan untuk turis domestik mulai Rabu, 22 Juli 2020. Hal tersebut diberlakukan untuk menghidupkan kembali industri pariwisata domestik yang dilanda Covid-19, tapi Tokyo dikeluarkan dari subsidi tersebut.
Dalam kampanye "Go To Travel", pemerintah Jepang menanggung sebagian biaya perjalanan wisata. Meskipun ada kekhawatiran inisiatif ini dapat memperburuk wabah virus dilansir dari Kyodo pekan lalu.
Kasus corona baru harian Jepang mencapai rekor 795 pada Rabu, 22 Juli 2020. Sementara itu, Prefektur Osaka melaporkan terdapat 121 infeksi baru, sedangkan Tokyo mengkonfirmasi 238 kasus.
Gubernur Tokyo Yuriko Koike mendesak warga untuk mengambil langkah-langkah anti-infeksi menyeluruh dan mengharapkan tidak keluar sebisa mungkin. Ia juga memperingatkan terhadap "gelombang kedua" infeksi menjelang akhir pekan keempat mulai Kamis, 23 Juli 2020.
Kampanye subsidi perjalanan sempat kacau minggu lalu ketika pemerintah membuat keputusan mendadak menghapus perjalanan ke Tokyo karena lonjakan kasus baru di ibukota.
"Saya kira tidak adil (bahwa Tokyo dikecualikan)," kata seorang perempuan berusia 59 tahun. Padahal, ia akan berangkat dari bandara Haneda untuk perjalanan empat hari bersama saudara perempuannya yang berusia 62 tahun ke Hiroshima dan Prefektur Shimane dan tempat lainnya.
Advertisement