Liputan6.com, Surabaya- Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak menyarankan ibu dan bayi mendapatkan gizi yang baik sehingga dapat meminimalkan risiko terjadinya stunting atau kekerdilan.
Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi stunting Jatim saat ini tidak terpaut jauh dari angka nasional, yaitu mencapai 26,91 persen. Risiko stunting tertinggi berada di Kabupaten Probolinggo, Trenggalek, Jember, Bondowoso dan Pacitan.
“Ini menjadi pekerjaan rumah bersama, mengingat di dalam roadmap atau peta jalan penurunan stunting, pada 2024 harapannya bisa di bawah 25 persen,” ujar Wagub Jatim, seperti yang dikutip dari Antara, Rabu (29/7/2020).
Baca Juga
Advertisement
Ia tidak menampik permasalahan gizi memang erat kaitannya dengan ekonomi, namun stunting tidak seluruhnya terjadi karena kemiskinan, melainkan ketidakdisiplinan masyarakat. Kekerdilan tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat ekonomi rendah, sebab penerapan disiplin gizi bukan berkaitan dengan kemampuan membeli makanan, tapi juga pilihan pangannya.
Emil Dardak juga menyampaikan apresiasi terhadap YAICI dan PP Aisyiyah atas konsistensinya menggalakkan edukasi dan literasi gizi untuk masyarakat. Namun, ia berharap target dari literasi gizi tidak hanya menyasar ibu dan anak, namun lingkungan sekitar yang mempengaruhi ibu.
Ketua Mejelis Kesehatan PP Aisyiyah, Chairunnissa, juga mengingatkan kepada seluruh kader dan jajaran Aisyiyah untuk tidak memasukkan kental manis dalam bantuan sosial di masa pandemi Covid-19.
"Balita yang sudah terbiasa mengkonsumsi kental manis dapat berisiko terkena malnutrisi," tuturnya.