Jokowi Tak Ingin Ekonomi Indonesia Kembali Negatif di Kuartal III 2020

Krisis ekonomi yang terjadi saat ini lebih disebabkan oleh faktor kesehatan, bukan keuangan.

oleh Arthur Gideon diperbarui 29 Jul 2020, 18:20 WIB
Pandangan udara permukiman warga dan gedung pencakar langit di Jakarta, Senin (27/7/2020). Berbagai sektor di Jakarya yang anjlok akibat Covid-19 antara lain listrik dan gas, perdagangan, pendidikan serta industri olahan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pesan kepada tim Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional yang dibentuknya agar Indonesia bisa terhindar dari pertumbuhan ekonomi negatif pada kuartal III 2020 ini.

Arahan tersebut diungkapkan oleh Ketua Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional, Budi Gunadi Sadikin saat menggelar sesi teleconference di Istana Negara, Jakarta, Rabu (29/7/2020).

"Satgas ekonomi diberikan pesan khusus oleh beliau agar bisa menjaga pertumbuhan ekonomi. Terutama karena di kuartal III sampai akhir bulan September penting sekali kita jaga, agar pertumbuhan ekonominya diusahakan sebisa mungkin tidak negatif," ujarnya.

"Beliau juga memberikan pesan agar kita bisa menjaga lapangan kerja bagi rakyat Indonesia dan menjaga agar level income-nya bisa dipertahankan di level yang cukup untuk kehidupan sehari-hari," dia menambahkan.

Lebih lanjut, Budi juga menyampaikan hasil diskusi bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Mereka menyimpulkan bahwa krisis ekonomi yang terjadi saat ini lebih disebabkan oleh faktor kesehatan, bukan keuangan.

"Kali ini krisis ekonominya disebabkan oleh krisis kesehatan. Sehingga akibatnya semua program-program ekonomi kami harus mendukung dan men-support kegiatan program kesehatan," kata Budi.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Ongkos Lebih Besar

Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (28/7/2020). Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat menjadi dua daerah pertama penerima dana program Pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Daerah karena terdampak COVID-19 pada kesejahteraan dan ekonomi masyarakatnya. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Namun, ia mencermati, krisis kesehatan kali ini justru memakan ongkos yang jauh lebih besar terhadap perekonomian. Ini lantaran pemerintah harus fokus terhadap perbaikan kondisi masyarakat beserta pemulihan ekonomi dalam waktu bersamaan.

"Akibatnya, semakin lama rasa aman terbangun kembali, maka semakin banyak ruang fiskal yang kita pakai untuk menjembatani. Karena aktivitas ekonomi belum kembali," ucap dia.

Oleh karenanya, ia meminta masyarakat agar mau patuh terhadap protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Tujuannya tak lain agar wabah pandemi segera berakhir, sehingga perekonomian negara tidak terlalu lama jatuh.

"Kalau kita bisa lebih cepat membangun rasa aman di tengah masyarakat, dengan protokol kesehatan yang lebih disiplin, rasa aman ini akan kembali, dan orang akan berani keluar melakukan kontak fisik. Dan kegiatan ekonomi berputar sehingga ruang fiskal pemerintah kembali ke level normal," imbuhnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya