LIPI: Indonesia Juga akan Uji Klinis Vaksin COVID-19 Korea Selatan

Uji klinis tahap dua vaksin COVID-19 dari Korea Selatan direncanakan mulai sekitar bulan September hingga Oktober

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 30 Jul 2020, 12:00 WIB
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan bahwa selain China, Korea Selatan juga berencana melakukan uji klinis calon vaksin COVID-19 di Indonesia.

Peneliti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI Wien Kusharyoto mengungkapkan bahwa ada rencana uji klinis untuk vaksin COVID-19 yang dikembangkan perusahaan di Korea Selatan, Genexine dengan Kalbe Farma.

"Direncanakan pada awalnya kerja samanya dengan FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) dan kami rencananya juga terlibat," kata Wien dalam sebuah temu media daring yang diadakan pada Selasa lalu, ditulis Kamis (30/7/2020).

Namun, Wien mengatakan bahwa dirinya belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut soal studi ini. "Masih menunggu komitmen lebih lanjut terkait dengan masalah pendanaan," ujarnya.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Rencana Mulai September hingga Oktober

Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Wien mengatakan, uji klinis yang akan dilakukan dengan Korea Selatan merupakan uji klinis tahap kedua dan baru akan dimulai sekitar bulan September atau Oktober tahun ini.

Relawan yang direkrut pun tidak sebanyak uji klinis vaksin Sinovac dan hanya melibatkan sekitar 100 orang.

"Pada saat yang sama juga akan dilakukan uji klinis tahap dua di Korea Selatan dan kalau tidak salah, pada saat itu sudah mulai dijajaki uji klinis dua juga di Turki," kata Wien.

Sebelumnya, Indonesia juga telah bekerja sama dengan Sinovac untuk melakukan uji klinis tahap tiga terhadap calon vaksin COVID-19. Sebanyak 1.620 sukarelawan diperlukan dalam studi ini.

"Target dari uji klinis tahap tiga ini adalah untuk melihat manfaat dari vaksin ini. Apakah mereka yang divaksinasi ini akan mendapatkan perlindungan dari vaksin yang disuntikkan, dibandingkan mereka yang mendapatkan vaksin bohongan (plasebo)," kata Wien dalam penjelasannya terkait studi tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya