Liputan6.com, Jakarta Hidangan Idul Adha tak jauh-jauh dari daging sapi atau kambing. Supaya tetap bisa sehat dalam mengonsumsi produk-produk hewani khas hari raya semacam ini ada baiknya Anda tetap memperhatikan proses pengolahan makanan.
Health Liputan6.com beberapa waktu lalu pernah bertemu dengan dokter hewan Wayan Wiryawan dari Asosiasi dokter Hewan Perunggasan Indonesia. Ia mengatakan bahwa sesungguhnya, produk pangan hewani bukanlah pemicu penyakit.
Advertisement
"Proses masaknya bisa jadi pemicunya," kata Wayan, ditulis Jumat (31/7/2020).
Wayan mengatakan bahwa apabila daging atau produk hewani dimasak dengan benar, maka mereka akan tetap baik untuk dikonsumsi.
Menurut Frank Hu, ketua Departemen Nutrisi dari Harvard T.H. Chan School of Public Health, daging merah dan daging olahan memang meningkatkan risiko masalah kesehatan.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Daging Merah dan Olahan
Dikutip dari laman Harvard Health Publishing, Hu mengatakan sudah banyak bukti yang menunjukkan keterkaitan antara asupan terlalu tinggi daging merah dan olahan dengan risiko lebih tinggi untuk penyakit jantung, kanker, diabetes, dan kematian dini.
Namun, Hu mengatakan bahwa jumlah yang tepat untuk mengonsumsi secara aman masih terbuka untuk diperdebatkan.
"Bukti menunjukkan bahwa orang dengan asupan yang relatif rendah memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah," ujarnya. "Rekomendasi yang umum adalah, orang harus berpegang pada tidak lebih dari dua hingga tiga porsi per minggu," ujarnya.
Hu mengatakan, daging merah tetap memiliki manfaat. Misalnya jumlah protein yang tinggi dan membantu meningkatkan pertumbuhan otot dan vitamin B12 yang penting dalam pembuatan sel darah merah.
Seporsi daging merah juga sumber zinc yang baik dan membantu tubuh memproduksi testosteron, selenium, serta antioksidan kuat. Namun, Anda juga bisa mendapatkan berbagai nutrisi semacam ini dari unggas, ikan, telur, dan kacang-kacangan.
Untuk daging olahan, Hu mengatakan ada keterkaitan produk semacam itu dengan risiko yang lebih tinggi dari penyakit jantung dan kanker, khususnya kanker usus besar.
"Sekali lagi, tidak ada jumlah tertentu yang dianggap aman, jadi Anda harus menjaga asupan daging olahan seminimal mungkin," kata Hu.
Advertisement
Tetap Sederhana
Selain menjaga diri agar tidak makan terlalu berlebihan, perhatikan juga bagaimana cara mengolah makanan.
"Tidak semua proses memasak menimbulkan kanker. Satu contoh dibuat dengan steam atau dikukus atau digoreng dengan tidak melebihi lamanya waktu atau dagingnya tidak sampai rusak, itu tidak akan memicu penyakit gangguan metabolik," kata Wayan.
Dalam kesempatan yang berbeda, dokter spesialis gizi klinik Tirta Prawita Sari mengatakan bahwa prinsip memasak yang baik untuk kesehatan adalah dengan menjaganya tetap sederhana.
Dalam sebuah seminar daring beberapa waktu lalu, Tirta mengatakan bahwa apabila seseorang ingin masak rendang, Anda bisa memasaknya dengan cara yang berbeda misalnya mengurangi penggunaan santan dan dapat diganti susu cair.
"Jangan susu full cream karena mengandung banyak energi," ujarnya.
Wayan mengatakan yang perlu dikhawatirkan dari produk hewani seperti daging, telur, dan susu, adalah potensi bakteri yang resisten antibiotik.
Maka dari itu, tetap menyarankan untuk memasak daging dengan suhu tinggi yang bisa membunuh bakteri. Olah juga produk semacam itu dengan benar. Gunakan talenan yang tidak bercampur, serta jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan.