Liputan6.com, Jakarta Sebelum menggunakan moda transportasi pesawat, jemaah haji di Indonesia menggunakan kapal laut untuk mencapai Tanah Suci dan kembali lagi ke Indonesia. Perjalanan puluhan hari ke Arab Saudi tentu memiliki banyak cerita, termasuk bagi petugas haji laut yang mendampingi jemaah.
Adalah Ibrahim, purnabakti Widyaiswara Utama Kementerian Agama RI yang pernah bertugas menjadi petugas haji laut pada 1967-1975. Pria kelahiran 4 Juli 1940 ini juga berkisah tentang peristiwa bersejarah saat proses pemberangkatan haji menggunakan kapal laut.
Advertisement
Salah satu hal tak terlupakan saat ada jemaah yang meninggal di atas kapal pada 1971. “Saat itu suasana sangat mengharukan, jenazah jemaah kami urus dan kemudian kami luncurkan ke dasar laut dengan menggunakan pemberat," katanya.
"Setelah itu, kapal mengelilingi titik tersebut sebanyak tiga kali,” lanjut Ibrahim dalam Webinar Ber-Haji via Laut yang digelar 25 Juli 2020 ditulis Sabtu (31/7/2020).
Selain pengalaman adanya jemaah haji yang meninggal, saat bertugas Ibrahim juga sempat mengalami ada yang melahirkan di atas kapal laut. Untungnya, petugas medis sudah disiapkan dalam setiap perjalanan.
Menurut Ketua Bidang Pengembangan Keilmuan PP Perhimpunan Dokter Haji Indonesia (Perdokhi) DR. Dr. Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP hal-hal seperti yang dialami Ibrahim sangat mungkin terjadi bila perjalanan ke Arab Saudi menggunakan kapal laut. Durasi yang lama di tengah lautan memang bisa membuat apa saja bisa terjadi.
“Perjalanan melalui berbagai pelabuhan di Nusantara ke Aceh, menunggu kapal ke India, Di India mereka kemudian mencari kapal yang bisa membawa ke Hadramaut, Yaman atau langsung ke Jeddah,” ujar Wawan dalam webinar yang sama.
Ketika sudah ada opsi perjalanan via udara, maka perjalanan haji via laut dihentikan pada tahun 1979 lewat SK Menteri Perhubungan.