Kasus Virus Corona Melonjak, Inggris Tunda Melonggarkan Lockdown

Pelonggaran lockdown virus corona di Inggris ditunda setidaknya selama dua minggu.

oleh Hariz Barak diperbarui 01 Agu 2020, 10:00 WIB
Pegawai bekerja di sebuah kedai kopi di London, Inggris, Minggu (17/5/2020). Beberapa restoran, kafe, dan toko katering di Inggris secara bertahap kembali buka setelah pemerintah melonggarkan kebijakan lockdown virus corona COVID-19 tahap awal. (Xinhua/Tim Ireland)

Liputan6.com, London - Pelonggaran lockdown tahap selanjutnya di Inggris --yang dijadwalkan akhir pekan ini-- telah ditunda setidaknya selama dua minggu, setelah terjadi peningkatan kasus virus corona dalam beberapa waktu terakhir.

Sejumlah fasilitas dan kegiatan yang direncanakan untuk dibuka --seperti kasino, arena bowling, resepsi pernikahan, dan salon-- akan tetap tutup.

Beberapa protokol kesehatan, seperti penggunaan masker wajah di dalam ruangan, akan ditegaskan menjadi hukum mulai 8 Agustus, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan pada Jumat 31 Juli 2020, dikutip dari BBC (1/8/2020).

Perkembangan kasus-kasus virus corona terbaru telah membuat pemerintah Inggris berkontemplasi mengenai pemberlakuan pelonggaran lockdown dan apakah mereka akan bisa melakukannya dalam waktu mendatang.

Kepala petugas medis Inggris, Prof Chris Whitty, memperingatkan Inggris mungkin telah mencapai batas pelonggaran pembatasan.

Tampil bersama dengan perdana menteri pada briefing khusus Downing Street, Prof Whitty mengatakan, "gagasan bahwa kita dapat membuka segalanya dan mengendalikan virus" adalah salah.

Ditanya apakah aman bagi sekolah-sekolah Inggris untuk sepenuhnya membuka kembali semua murid di musim gugur, ia mengatakan itu adalah "tindakan yang sulit" tetapi "kita mungkin telah mendekati batas dari apa yang dapat kita lakukan" dalam hal melonggarkan lockdown.

Pemikiran ulang tentang pelonggaran lockdown di Inggris terjadi setelah bagian utara negara itu mengalami lonjakan kasus --meski jumlah kematian harian dan mingguan secara nasional turun-- seperti di Greater Manchester, Lancashire Timur, dan Yorkshire Barat.

Hal itu dan ditambah kekhawatiran terhadap beberapa negara Eropa daratan yang masih kewalahan menghadapi virus corona "membuat Inggris harus siap untuk bereaksi," lanjut Johnson.

Simak video pilihan berikut:


Klaster Rumah Tangga Melonjak, PM Johnson: Saatnya Menekan Pedal Rem

Pegawai berfoto di sebuah kedai es krim di London, Inggris, Minggu (17/5/2020). Beberapa restoran, kafe, dan toko katering di Inggris secara bertahap kembali buka setelah pemerintah melonggarkan kebijakan lockdown virus corona COVID-19 tahap awal. (Xinhua/Tim Ireland)

Angka yang diterbitkan oleh Kantor Statistik Nasional (ONS) pada Jumat 31 Juli menunjukkan tingkat infeksi di Inggris meningkat, dengan sekitar 4.200 infeksi baru sehari --dibandingkan dengan 3.200 seminggu yang lalu.

Angka itu diperoleh dari pemeriksaan klaster rumah tangga, di mana banyak pasien yang masuk dalam kategori orang tanpa gejala.

Menyoroti angka-angka ONS, PM Johnson menambahkan: "Prevalensi virus di masyarakat, di Inggris, kemungkinan akan meningkat untuk pertama kalinya sejak Mei."

Dia mengatakan bahwa dengan "angka merayap" sudah waktunya untuk "menekan pedal rem agar virus tetap terkendali."

Dia mendesak orang untuk "mengikuti aturan, mencuci tangan, menutupi wajah, menjaga jarak - dan mendapatkan tes jika kita memiliki gejala."

Lebih lanjut 120 orang telah meninggal dengan COVID-19 di Inggris menurut angka Kementerian Kesehatan terbaru, sehingga jumlah total kematian virus menjadi 46.119. Sementara itu, 880 kasus baru yang dikonfirmasi laboratorium telah dicatat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya