Liputan6.com, Jakarta - Beredar viral di media sosial Facebook dan Twitter tentang penggunaan masker yang bisa menyebabkan pleurisy atau radang selaput dada. Kabar ini beredar sejak akhir bulan lalu.
Salah satu akun yang mengunggahnya di Twitter adalah @BeachMilk. Postingan tersebut diunggah pada Senin (27/7/2020) lalu.
Advertisement
Postingan ini telah mendapat lebih dari 1700 retweet dan 1600 likes di Twitter. Berikut isinya:
"My daughter. 19 yrs old. Healthy. Frontline worker at a huge grocery store chain. Started feeling sick about two weeks ago. Side and back pain. Nausea.. Chest pain. Primary doc sent her for chest x-ray.. Something "lit up" on right side. Sent for MRI. Cat scan. Ultra sound of back and abdomen areas..NOTHING.. While at work was unable to breathe. Chest pain. Rushed to e.r. quarantined. Tested for covid. Young. By herself because no one can be with her. Turns out its pleurisy.. An inflection of the outside of the lining of the lungs. They basically tell her.. It's because she has been wearing a mask for over 8 hours a day 5-6 days a week. Breathing in her own bacteria. Carbon dioxide.. Caused an infection. And now she is in severe pain. Has to be off work with no pay.. But you wont see that on social media! She's 19. Healthy. And now is bed bound and struggling to breathe. Antibiotics. Steroids. Breathing "treatments."
Yang artinya
"Anak perempuanku. 19 tahun. Sehat. Pekerja garis depan di rantai toko kelontong besar. Mulai merasa mual sekitar dua minggu lalu. Nyeri sisi dan punggung. Mual .. Nyeri dada. Dokter primer mengirimnya untuk rontgen dada .. Sesuatu "menyala" di sisi kanan. Dikirim untuk MRI. Suara ultra dari daerah punggung dan perut..Tidak ada .. Saat bekerja tidak dapat bernapas. Nyeri dada. Bergegas ke UGD. Dikarantina. Diuji untuk covid. Muda, sendiri karena tidak ada yang bisa bersamanya. Ternyata itu radang selaput dada .. Infleksi bagian luar dari lapisan paru-paru. Mereka pada dasarnya memberitahunya .. Itu karena dia telah memakai masker selama lebih dari 8 jam sehari 5-6 hari seminggu. Bernapas dalam bakteri sendiri. Karbon dioksida .. Menyebabkan infeksi. Dan sekarang dia sangat kesakitan. Harus pergi bekerja tanpa bayaran .. Tapi Anda tidak akan melihatnya di media sosial! Dia 19. Sehat. Dan sekarang ranjang terikat dan berjuang untuk bernafas. Antibiotik. Steroid. Perawatan pernapasan."
Lalu benarkah klaim dalam postingan tersebut tentang pemakaian masker yang bisa menyebabkan radang selaput dada atau pleurisy?
Penelusuran Fakta:
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim tersebut dengan mengetik kata kunci "wearing face mask pleurisy" di mesin pencarian Google.
Hasilnya ada artikel AFP Factcheck yang membahas klaim tersebut. Artikelnya berjudul, "Wearing a face mask does not put you at risk of developing pleurisy, health experts say."
Dalam artikelnya AFP Factcheck meminta penjelasan dari Departemen Kesehatan Australia di kota Victoria. Hasilnya Depkes Australia menyebut pleurisy atau radang selaput dada hanya disebabkan oleh infeksi virus, infeksi bakteri, pembekuan darah di paru-paru dan kondisi autoimun.
Selain itu AFP Factcheck juga meminta penjelasan dari Dr. Leon van den Toorn, presiden the Dutch Association of Doctors for Lung Diseases and Tuberculosis dan a pulmonologist di Erasmus University Medical Centre.
"Sama sekali tidak ada indikasi penggunaan masker menimbulkan risiko bagi diri sendiri," ujar van den Toorn.
Selain itu ada artikel lain yang membahas kabar tersebut dengan judul artikel "Face masks will not cause pleurisy, experts say"
Dalam artikelnya, AP meminta penjelasan dari Humberto Choi, Pulmonologist dari Cleveland Clinic.
"Ada ribuan pekerja medis bekerja menggunakan masker setiap hari. Bahkan masker yang mereka pakai lebih ketat dari masker bedah dan hingga sekarang belum ada yang terkena pleurisy."
Advertisement
Kesimpulan:
Klaim yang menyebut memakai masker bisa menyebabkan pleuritis atau pleurisy adalah hoaks.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement