Organnya Rusak Parah, Mayra jadi Pasien COVID-19 Pertama di AS yang Jalani Transplantasi Paru

Dokter mengatakan paru-paru Mayra rusak parah COVID-19 dan tak bisa sembuh. Ia pun harus menjalani transplantasi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 02 Agu 2020, 14:00 WIB
Fungsi Paru-paru (Sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Mayra Ramires akhirnya diperbolehkan keluar dari rumah sakit usai menerima transplantasi paru-paru akibat organ tubuhnya itu rusak akibat terinfeksi COVID-19.

Wanita 28 tahun di Amerika Serikat itu menjadi pasien COVID-19 pertama di negeri Paman Sam yang mendapatkan prosedur transplantasi paru-paru.

Sebelum menerima transplantasi paru, Mayra harus dites negatif untuk COVID-19 terlebih dahulu. Hal ini karena pasien harus mendapatkan obat penekan kekebalan setelah operasi agar tubuhnya mampu menerima organ baru dengan menekan sesaat sistem kekebalan tubuh.

"Begitu tubuh Mayra memberantas virusnya, terlihat jelas bahwa kerusakan paru-paru tidak bisa sembuh dan kami perlu mendaftarkannya untuk transplantasi paru-paru," kata dokter Beth Malsin, spesialis paru dan perawatan kritis di Northwestern Memorial Hospital, Chicago dikutip dari Live Science pada Minggu (2/8/2020).

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Tidak Ingin Orang Lain Merasakan

Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (oranye) muncul dari permukaan sel (hijau) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Dua bulan usai menerima prosedur transplantasi yang berlangsung hingga 10 jam, Mayra akhirnya diperbolehkan pulang pada 29 Juli lalu.

"Saya pikir saya di sini dengan sebuah tujuan," kata Mayra dikutip dari Today.

"Tujuan itu hanya untuk berbagi cerita saya dan menjadi bukti hidup bahwa transplantasi paru untuk pasien COVID yang sakit parah adalah opsi, atau mungkin saya di sini untuk berbagi pesan dengan orang lain yang tidak percaya tentang COVID-19," ujarnya.

Wanita yang bekerja sebagai perawat itu menambahkan, ia siap menunjukkan bekas luka di dadanya agar orang bisa melihat dampak COVID-19 pada tubuhnya. "Saya tidak pernah menginginkan orang lain merasakan apa yang saya alami."

Mayra pun harus minum obat agar tubuhnya tak menolak organ selama hidupnya. Namun dokter bedahnya Ankit Bharat mengatakan bahwa karena ia masih muda dan sehat, ia akan jadi lebih kuat.

"Saya berharap untuk melanjutkan hidup saya seperti biasa," kata Mayra.


Transplantasi Paru pada Pasien COVID-19

Patung The Fearless Girl yang dipasangi masker terlihat di depan Bursa Efek New York selama pandemi COVID-19 di New York, Amerika Serikat, Senin (27/4/2020). Menurut Center for Systems Science and Engineering di Universitas Johns Hopkins, kasus COVID-19 di AS melampaui 1 juta. (Xinhua/Michael Nagle)

Usai melakukan transplantasi paru pada Mayra, para dokter di rumah sakit yang sama dikabarkan juga melakukan prosedur serupa untuk Brian Kuhns, pasien COVID-19 yang berusia 62 tahun.

"Mayra dan Brian tidak akan hidup hari ini tanpa transplantasi paru-paru," ujarnya. Mereka masih memiliki dua pasien COVID-19 yang siap melakukan prosedur tersebut.

Dokter Tiago Machuca, ahli bedah toraks di University of Florida Health Shands Hospital di Gainesville mengatakan bahwa adalah sebuah tantangan bagi para dokter untuk menentukan pasien yang benar-benar bisa menjadi kandidat penerima donor paru serta waktu yang tepat.

"Kami tidak ingin melakukannya terlalu dini ketika psaien masih bisa pulih dari penyakit paru-paru COVID-19 dan melanjutkan kualitas hidupnya dengan baik, tetapi juga Anda tidak ingin 'ketinggalan perahu' di mana sudah tak ada harapan, pasien terlalu parah," kata Machuca.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya