Liputan6.com, Denpasar - Bagi Anda yang tengah berlibur ke Pulau Bali, tak ada salahnya berkunjung ke tempat-tempat bersejarah. Ya, selain keindahan panorama alam, Pulau Dewata juga menyimpan wisata historis. Ada banyak pilihan, salah satunya Istana Tampak Siring.
Istana ini terletak di Desa Tampak Siring, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar, Bali. Di istana ini, kita bisa merasakan kesejukan dan melihat suasana singgasana orang nomor satu di republik ini.
Istana Tampak Siring merupakan satu-satunya istana yang dibangun setelah Indonesia merdeka. Adalah Presiden Soekarno yang menggagasnya. Istana Tampak Siring berada di areal berbukit, di atas ketinggian 700 meter dari permukaan laut.
Baca Juga
Advertisement
Di istana ini, ada 4 ruangan yang menjadi tempat favorit Presiden Soekarno untuk bekerja. Yakni Wisma Merdeka, Wisma Yudhistira, Wisma Negara, dan Wisma Bima. Satu gedung lagi digunakan untuk konferensi.
Memasuki pintu gerbang istana, kita akan disambut kumpulan kijang. Kita boleh memberi makan ratusan hewan jinak tersebut, dengan memberinya dedaunan segar yang ada di sekitar istana. Cukup dengan memanggil mereka, kijang-kijang itu akan berdatangan menghampiri kita memakan daun tersebut.
Maju beberapa langkah, terdapat aula besar. Tak jauh dari situ terdapat Wisma Merdeka yang memiliki luas 1.200 meter persegi. Di Wisma Merdeka terdapat ruang tidur presiden, ruang tidur keluarga, ruang tamu, dan ruang kerja orang nomor satu di Indonesia.
Berjalan beberapa meter ke depan terdapat Wisma Negara. Di sinilah tamu negara dijamu oleh presiden. Di antara kedua wisma itu terdapat sebuah jembatan persahabatan. Jembatan dengan lebar 1,5 meter dan panjang 40 meter mengantarkan kita kepada kamar yang sering digunakan Presiden Soekarno.
Sementara Wisma Yudhistira merupakan tempat menginap rombongan kepresidenan maupun rombongan tamu negara. Sedangkan Wisma Bima biasanya digunakan sebagai tempat istirahat para pengawal presiden maupun pengawal tamu negara.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kamar Tidur dan Patung Anak Kecil
Gedung lain yang tak kalah penting adalah Gedung Konferensi. Gedung ini sengaja dibangun untuk keperluan rapat kabinet, jamuan makan malam tamu kenegaraan, serta konferensi-konferensi penting, seperti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV yang diselenggarakan pada 7-8 Oktober 2003 lalu.
Di Istana Tampak Siring juga terdapat sebuah lorong dengan dalam sekitar 5 meter dan lebar 3 meter. Lorong itu digunakan oleh warga sekitar untuk menuju pura dan mata air Tirta Empul.
Dari atas istana terdapat sebuah besi besar untuk melihat gorong-gorong ke bawah yang merupakan akses jalan warga sekitar. Sementara itu, kamar mendiang Bung Karno nampak tak terlalu luas. Memasuki pintu terdapat ruang kerja yang terdapat pintu lagi menuju kamar tidur. Posisi kamar tidur dan ruang kerja bersebelahan.
Dari pinggir kamar, kita bisa menyaksikan pemandangan langsung ke pura atau pemandian Tirta Empul. Menurut seorang penjaga yang tak mau disebutkan namanya, hampir saban hari kamar Sang Proklamator dibersihkan. Sebab, jika pagi tiba, kondisi kasur nampak berantakan seperti habis dipakai.
Di samping kamar Bung Karno terdapat patung anak kecil berwarna putih yang sedang mencabut duri di kakinya. Kaki kiri diselempangkan ke kaki kanannya. Meski hanya sebuah patung, ia nampak serius mencabut duri yang menusuk dagingnya.
Namun kejadian di luar nalar sering terjadi. Warga menuturkan, kaki anak kecil itu bisa berganti. Jika sebelumnya kaki kiri yang diselempangkan di kaki kanannya, di suatu waktu, di hari tertentu dan jam tertentu, terjadi perubahan yakni kaki kanan yang diselempangkan dan tertusuk duri. Tulisan ini telah diterbitkan oleh penulis pada 18 Januari 2016 dan diterbitkan ulang pada Senin (3/9/2020).
Nah penasaran kan dengan Istana Tampak Siring? Jadwalkan liburan ke sini ya...
Advertisement