Studi: Balita Dapat Menampung Virus COVID-19 100 Kali Lebih Banyak

Hingga beberapa hari terakhir, sebuah studi baru yang dilakukan para ilmuwan di Chicago mengungkapkan fakta mengejutkan tentang risiko penularan COVID-19 dari balita.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 03 Agu 2020, 17:26 WIB
Ilustrasi balita (pixabay.com)

Liputan6.com, Jakarta Di awal pandemi COVID-19, kita tahu bahwa anak-anak tampaknya memiliki kekebalan tubuh yang bagus dari penularan virus ini. Namun, seiring berkembangnya penelitian dan karena pada saat itu jumlah penelitian yang mengambil sudut pandang pada kematian anak masih rendah, sehingga studi dikatakan masih sangat terbatas.

Hingga beberapa hari terakhir, sebuah studi baru yang dilakukan para ilmuwan di Chicago mengungkapkan fakta mengejutkan. Anak-anak di bawah usia lima tahun membawa materi genetik coronavirus 10 hingga 100 kali lebih banyak di hidung dan tenggorokan mereka dibandingkan dengan orang dewasa, dilansir dari Fox News.

“Analisis kami menunjukkan anak-anak di bawah 5 tahun atau balita dengan COVID-19 ringan hingga sedang memiliki jumlah viral RNA SARS-CoV-2 yang tinggi dalam nasofaring mereka dibandingkan dengan anak yang lebih tua dan orang dewasa,” kata para peneliti dalam penelitian yang dipublikasikan di JAMA Pediatrics, Kamis 30 Juli 2020.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, anak-anak berpotensi penting dalam penyebaran COVID-19 pada populasi umum. Sebagaimana yang terjadi pada Respiratory Syncytial Virus atau RSV, saat anak-anak dengan viral load (tes untuk mengukur kadar virus dalam darah) yang tinggi akan lebih mudah untuk menularkan virus.

Para penulis menyatakan dalam laporan bahwa meskipun temuan mereka tidak membuktikan bahwa anak-anak yang terinfeksi COVID-19 memang menularkan ke orang-orang lebih banyak, studi pediatrik lainnya menemukan korelasi antara adanya kadar asam nukleat yang lebih tinggi dengan kemampuan untuk menumbuhkan virus menular.

Penelitian ini dilakukan pada 23 Maret hingga 27 April dan dipimpin oleh Taylor Heald-Sargent dari Rumah Sakit Anak Ann & Robert H. Lurie di Chicago.

 

Simak Video Berikut Ini:


Nasal Swab

Petugas puskemas melakukan imunisasi balita.

Dari sejumlah responden sebanyak 145 pasien dipisahkan menjadi tiga kelompok sesuai usia mereka. Pengelompokannya yaitu: 48 orang dewasa, berusia 18 hingga 65 tahun, 51 anak berusia 5 hingga 17 tahun, dan 46 anak di bawah 5 tahun.

Tim peneliti lalu melakukan nasal swab (tes usap hidung) pada pasien yang menunjukkan timbulnya gejala COVID-19 ringan hingga sedang dalam satu minggu. Pada akhirnya, para peneliti menemukan bahwa anak-anak memiliki asam nukleat virus di saluran pernapasan atas mereka dibandingkan dengan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa," catat para penulis penelitian.

Para penulis juga menyatakan dalam laporan mereka perbedaan bahan yang ditemukan dalam tes mengungkapkan "jumlah SARS-CoV-2 10 kali lipat hingga 100 kali lebih besar di saluran pernapasan atas anak-anak."

Temuan ini meniadakan stigma sebelumnya bahwa anak-anak tidak memainkan peran utama dalam menularkan virus corona. Sayangnya, penutupan sekolah pada awal-awal respon pandemi menggagalkan penyelidikan penyebaran virus dalam skala yang lebih besar sebagai sumber penuliran di masyarakat.

Temuan ini mengungkapkan pentingnya memahami potensi penularan pada anak-anak - terutama saat sekolah dibuka kembali.

"Kebiasaan perilaku anak-anak kecil dan tempat tinggal dekat di sekolah dan tempat penitipan anak meningkatkan kekhawatiran untuk amplifikasi SARS-CoV-2 dalam populasi ini karena PSBB dilonggarkan," catat mereka.

“Selain implikasi kesehatan masyarakat, populasi ini akan menjadi penting untuk menargetkan upaya imunisasi ketika vaksin SARS-CoV-2 tersedia”.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya