Jutaan Ton Sampah Plastik Diprediksi Menimbun Bumi pada 2040

Kalau kita tak melakukan apapun, masalah sampah plastik bakal semakin tak terkendali.

oleh Henry diperbarui 04 Agu 2020, 02:03 WIB
Ilustrasi sampah plastik. (Foto: pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta -  Masalah sampah, terutama sampah plastik, sudah menjadi masalah global. Berbagai upaya sudah dilakukan, seperti pelarangan memakai kantong plastik saat belanja yang sudah diterapkan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Namun berbagai usaha yang sudah dilakukan dianggap belum cukup oleh sejumlah ahli. Sebuah studi memprediksi 710 juta ton plastik akan mencemari lingkungan pada 2040. Studi ini diungkap oleh sekelompok peneliti internasional dan dimuat di Journal Science pada akhir Juli 2020.

Dilansir dari CNN, Senin, 3 Agustus 2020, para peneliti mengatakan peningkatan tajam dalam konsumsi plastik sekali pakai sudah meluas dan memperburuk masalah polusi plastik. Lalu, sistem daur ulang dan pengelolaan limbah yang tidak memiliki kapasitas memadai di tingkat global juga semakin memperburuk situasi.

Dalam skenario terbaik mereka, jumlah sampah plastik akan berkurang sampai sekitar 80 persen pada 2040. Kalau kita tak melakukan apapun, masalah sampah plastik bakal semakin tak terkendali. Secara khusus, studi sebelumnya sudah memperkirakan sekitar 8 juta ton makroplastik dan 1,5 ton mikroplastik primer mencemari lautan setiap tahun.

Menurut Dr. Winnie Lau, salah satu penulis studi ini sekaligus Manajer Senior Pew's Preventing Ocean Plastics, kalau produksi plastik dan timbunan limbah terus tumbuh dengan angka tersebut, maka diproyeksikan polusi meningkat menjadi lebih dari dua kali lipat pada 2050.

Saat ini, hampir 700 spesies laut dan lebih dari 50 spesies air tawar diketahui telah memakan atau terjerat dalam makroplastik. Bahkan, ada bukti yang berkembang kalau plastik dicerna oleh berbagai organisme darat.

Polusi sampah plastik juga bisa berdampak pada banyak aspek kesejahteraan manusia, seperti mempengaruhi estetika pantai, menghalangi drainase dan sistem rekayasa air limbah, bahkan menjadi tempat berkembang biak bagi vektor penyakit. Menurut Winnie Lau dan tim, tindakan global yang terkoordinasi diperlukan untuk menghindari tumpukan plastik yang lebih besar dari perkiraan.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Strategi Pengurangan Polusi Plastik

Warga mencari sampah plastik untuk didaur ulang di aliran Sungai Citarum, Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/6/2019). Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk membersihkan sungai yang menyandang predikat salah satu tempat paling tercemar di dunia ini. (Timur Matahari/AFP)

Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain, mengurangi konsumsi plastik, meningkatkan tingkat penggunaan kembali plastik, meningkatkan pengumpulan dan daur ulang limbah, dan memperluas sistem pembuangan yang aman.

Tim peneliti mengaku mengembangkan lima skenario untuk memperkirakan pengurangan polusi plastik antara 2016 dan 2040. Namun, hal itu belum memberikan solusi untuk mengurangi polusi plastik secara global. Sebagai gantinya, strategi pengurangan polusi plastik dapat secara luas dibagi menjadi tindakan hulu yaitu mengurangi permintaan dan dari hilir dengan pengumpulan dan daur ulang.

Karena itu, diperlukan perubahan di seluruh rantai pasokan, dari pembuatan plastik, pra-konsumsi (hulu), dan setelah digunakan (hilir) yaitu dengan daur ulang dan penggunaan kembali untuk menghentikan penyebaran polusi plastik ke lingkungan.

Tak kalah penting, komitmen besar untuk memperbaiki sistem plastik global diperlukan dari kalangan bisnis, pemerintah, dan komunitas internasional untuk menyelesaikan masalah sampah plastik.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya