Dispendik Surabaya Gelar Simulasi Pembelajaran Tatap Muka di Dua SMPN

Masing-masing sekolah di Surabaya yang ditunjuk sebagai proyek percontohan pembelajaran tatap muka menyerahkan SOP (Standar Operasional Prosedur) protokol kesehatan.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 03 Agu 2020, 22:35 WIB
Simulasi belajar di sekolah di Surabaya, Jawa Timur pada Senin, 3 Agustus 2020. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya menggelar simulasi berencana Proses Belajar Mengajar (PBM) di dua sekolah negeri yaitu SMPN 15 dan SMPN 3 yang diperankan oleh karyawan serta para guru.

Kepala Bidang Sekolah Menengah Dispendik Kota Surabaya, Sudarminto mengatakan, sebelum PBM di sekolah diputuskan, masing-masing sekolah yang ditunjuk sebagai pilot project itu menyerahkan SOP (Standar Operasional Prosedur) protokol kesehatan.  Selanjutnya, tim dari  Dispendik monitoring kesiapan di lapangan dan dilanjutkan dengan simulasi protokol kesehatan.

"Simulasi itu memberikan gambaran ketika anak (peserta didik) mulai masuk ke sekolah, proses pembelajaran di sekolah, hingga pulang ke rumah," kata Sudarminto di SMPN 15 Surabaya, Senin (3/8/2020). 

Sudarminto menuturkan, gambaran simulasi protokol kesehatan di sekolah. Pertama, sebelum masuk gerbang sekolah peserta didik wajib di-cek suhu tubuhnya menggunakan thermo gun. Kemudian, mereka diarahkan petugas untuk cuci tangan dengan sabun dan masuk antrean ke bilik disinfektan.

"Sebelum anak-anak mengikuti action materi pelajaran itu sendiri, maka yang dilakukan guru adalah mengingatkan protokol kesehatan terlebih dahulu baru dilakukan pembelajaran,” ujar dia.

Dia menuturkan, SOP protokol kesehatan tak hanya diterapkan saat peserta didik mengikuti PBM di kelas. SOP juga telah dirancang ketika peserta didik ingin ke toilet atau melakukan aktivitas lain.

"Bahkan ketika mereka peserta didik pulang sekolah juga di SOP,” tutur dia di Surabaya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Pengurangan Jam Pelajaran

Simulasi belajar di sekolah di Surabaya, Jawa Timur pada Senin, 3 Agustus 2020. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Selain itu, Sudarminto menyebut, ketika PBM di sekolah itu berjalan, kapasitas jumlah peserta didik setiap kelas beserta jam pelajaran juga dikurangi. Terlebih lagi, pihaknya juga mengimbau pihak sekolah agar mengutamakan mata pelajaran yang dinilai esensial.

"Tidak harus seluruh mata pelajaran, dan jam pelajaran tidak harus 45 menit, bisa 25 menit. Kemudian yang masuk (peserta didik) tidak perlu 100 persen, mungkin bisa 25 persen atau 50 persen tergantung kesiapan sarana prasarana sekolah," ungkap dia.

Di sisi lain, kata dia, pihak sekolah juga wajib memberlakukan protokol ketat bagi warga yang masuk ke lingkungan sekolah. Tak hanya bagi peserta didik, guru maupun karyawan yang memiliki penyakit penyerta dilarang masuk ke sekolah. Hal ini semata-mata untuk mengantisipasi terjadinya kasus COVID-19 di lingkungan sekolah.

"Jadi anak nanti yang punya penyakit bawaan ya tidak perlu masuk, termasuk orang tuanya tidak mengizinkan tidak perlu masuk. Faktornya banyak, jadi gurunya harus sehat, sekolahnya harus komplet protokolnya, anaknya juga harus sehat," tutur dia.

 


Simulasi Dievaluasi

Simulasi belajar di sekolah di Surabaya, Jawa Timur pada Senin, 3 Agustus 2020. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Meski demikian, pihaknya menyatakan, simulasi yang berlangsung hari ini selanjutnya dilakukan evaluasi dengan tim ahli beserta Gugus Tugas.

Hasil simulasi tersebut akan dibahas bersama sebelum sekolah itu diputuskan boleh melaksanakan proses belajar mengajar melalui tatap muka. 

"Menunggu hasil rapat evaluasi bersama tim ahli, komite sekolah, Dinas Pendidikan, serta Gugus Tugas," ujar dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya