Orang dengan Tinggi di Atas 180 Cm Lebih Rentan Kena Virus Corona, Ini Sebabnya

Ternyata orang dengan tinggi di atas 180 cm lebih mudah terinfeksi virus Corona

oleh Sulung Lahitani diperbarui 05 Agu 2020, 08:02 WIB
Ilustrasi Tinggi Badan

Liputan6.com, Jakarta Dari golongan darah hingga susunan sistem kekebalan tubuh, ada banyak penelitian terbaru yang mengaitkan beberapa sifat genetik dan fisik dengan peningkatan kerentanan terhadap virus Corona. Survei terbaru telah membuat penemuan baru tentang apa yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena virus tersebut, yaitu tinggi badan.

Penelitian terbaru menunjukkan orang yang tingginya lebih dari 180 cm, dua kali lebih mungkin terkena virus Corona. Laporan tersebut berasal dari penelitian tim dari University of Manchester terhadap 2.000 orang di AS dan Inggris.

Tim peneliti mencoba menentukan potensi pribadi dan pekerjaan yang terkait. Dengan prediktor penularan virus Corona, mereka menemukan korelasi antara tinggi dan virus tersebut.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Berhubungan dengan cara Covid menyebar lewat udara

Ilustrasi Covid-19, virus corona. Kredit: Gerd Altmann via Pixabay

"Orang dengan tinggi lebih dari 180 cm dua kali lipat kemungkinannya memiliki diagnosis Covid-19 atau tes positif," bunyi laporan itu.

Berdasarkan laporan Bestoflife, tim peneliti yang berbasis di AS, Inggris, dan Norwegia itu mengatakan bahwa temuan mereka tampaknya lebih berhubungan dengan bagaimana Covid menyebar lewat udara. Droplet cenderung jatuh ke tanah dengan cepat alih-alih berlama-lama di udara.

 


Partikel aerosol lebih lama berada di udara

Fakta yang membuat kamu bersin-bersin. (sumber foto: suggest-keywords.com)

Oleh karena itu, menurut The Telegraph, para peneliti mencatat, droplet tak bertanggung jawab atas tingkat infeksi yang lebih tinggi pada orang yang tinggi. Menurut temuan, satu-satunya penjelasan adalah bahwa partikel aerosol yang tinggal di udara bertanggung jawab terhadap penyebaran Covid kepada mereka yang berdiri lebih tinggi ketimbang orang kebanyakan.

"Hasil survei dalam hal hubungan antara tinggi dan diagnosis menunjukkan bahwa transmisi tetesan ke bawah bukan satu-satunya mekanisme transmisi dan transmisi aerosol mungkin terjadi," kata Evan Kontopantelis, PhD dari University of Manchester.

 


Harus ada sirkulasi udara

Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

"Meski menjaga jarak masih penting karena penularan oleh tetesan mungkin terjadi, itu menunjukkan bahwa memakai masker mungkin tak efektif untuk pencegahan. Tapi juga pemurnian udara di dalam ruangan harus dieksplorasi lebih lanjut," tambah dia.

Para ilmuwan berharap penelitian mereka dapat mengarahkan diskusi ke arah mencari tahu lebih lanjut tentang bagaimana Covid menyebar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya