Pengamat Unair: Optimalkan Belanja Pemerintah hingga Konsumsi Masyarakat Kelas Atas

Pengamat ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Wisnu Wibowo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kontraksi 3-4,5 persen pada kuartal II 2020.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Agu 2020, 08:05 WIB
Deretan gedung bertingkat terlihat dari jendela gedung pencakar langit di kawasan Jakarta, Kamis (26/12/2019). Pemerintah memproyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan di kisaran 5,2%, berada di bawah target APBN 2020 sebesar 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Wisnu Wibowo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kontraksi sebesar 3-4,5 persen pada kuartal II 2020.

Ia menuturkan, penurunan pertumbuhan ekonomi lantaran dampak pandemi COVID-19 dan penerapan pembatasan sosial skala besar (PSBB) untuk cegah penyebaran COVID-19. Penerapan PSBB tersebut dilakukan di sejumlah wilayah sejak April.

"PSBB kemudian berdampak ke hampir semua sektor mulai dari manufaktur, jasa, perdagangan. Indeks manufaktur turun, konsumsi masyarakat drop, sektor luar negeri turun," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Rabu, (5/8/2020).

Ia menambahkan,  anggaran penanganan COVID-19 juga belum optimal pada kuartal II. Pemerintah menyiapkan anggaran penanganan COVID-19 sebesar Rp 695 triliun, yang terealisasi baru sebesar 20 persen atau sekitar Rp 141 triliun.

Oleh karena itu, ia menuturkan, kontraksi yang kemungkinan terjadi pada kuartal II 2020 patut diwaspadai.  Wisnu mengatakan, pelaku bisnis butuh optimisme, dan jika kontraksi ekonomi mendalam memberikan ekspektasi negatif.

Wisnu menilai, belanja pemerintah mesti dioptimalkan pada kuartal III 2020 untuk mendorong aktivitas ekonomi.  Ia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 tidak akan seburuk kuartal II  lantaran aktivitas ekonomi biasa digenjot pada periode itu.

"Kuartal kedua dan ketiga puncak aktivitas di sektor riil. Kuartal keempat sudah concern untuk perencanaan aktivitas tahun depan. Jangan sampai pertumbuhan negatif pada kuartal III. Kalau tidak akan timbulkan ketidakpastian ekonomi,” ujar dia.

Ia menambahkan, belanja pemerintah  seharusnya sudah diidentifkasi sehingga dapat terlaksana baik

"Agustus dan September itu harus dipush sekuat tenaga, tidak ada alasan ditunda-tunda, segera diidentifikasi aliran dana sehingga belanja pemerintah terlaksana dengan baik. Aktivitas ekonomi, sektor bisnis, masyarakat harus diperhatikan," ujar dia.

Selain itu, Wisnu menuturkan, konsumsi masyarakat menengah atas juga perlu digenjot. Ia mengakui situasi tidak pasti karena COVID-19 perlu pertimbangan dalam konsumsi. Namun, ia menilai konsumsi masyarakat menengah atas dibutuhkan untuk genjot pertumbuhan ekonomi.

"Masyarakat kelas bawah daya beli sudah turun, dan untuk menjaga konsumsi dari kalangan menengah atas,” kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Pentingnya Penanganan COVID-19

Suasana pembangunan jalur LRT di kawasan Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Rabu (8/7/2020). Wabah Covid-19 memengaruhi kondisi kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 yang diproyeksikan -0,4 sampai dengan 1,0 persen. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Di sisi lain,  Wisnu mendorong agar masyarakat kelas bawah juga mendapatkan jaminan tidak hanya kesehatan tetapi juga sosial.

Ia juga mengingatkan mendorong pemulihan ekonomi juga sama pentingnya untuk menangani COVID-19 dengan baik. Wisnu menuturkan, pemulihan ekonomi akan percuma jika penanganan COVID-19 tidak baik.

"Konsentrasi tidak hanya bagaimana menghindari resesi tetapi juga penting atasi masalah kesehatan. Jangan kurangi fokus upaya pengendalian COVID-19," ujar dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya