Pengusaha Prediksi Indonesia Masuk Jurang Resesi

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2020 siang ini

oleh Tira Santia diperbarui 05 Agu 2020, 09:30 WIB
Pejalan kaki menggunakan masker di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (27/5/2020). Empat provinsi di Indonesia termasuk DKI Jakarta akan mulai melakukan persiapan menuju new normal atau tatanan kehidupan baru menghadapi COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pengusaha memperkirakan Indonesia akan masuk ke jurang resesi di kuartal III 2020. 

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2020 siang ini Rabu (5/8/2020). Banyak yang memprediksi ekonomi nasional akan minus, salah satunya pengusaha yang memprediksi -3 persen hingga -5 persen.

“Kita lihat bahwa krisis ekonomi ini sesuatu yang tidak bisa kita hindari, tidak jauh apa yang diprediksi oleh Pemerintah antara -3 persen sampai -5 persen. Memang teman-teman pengusaha ada yang memprediksi akan di atas itu,” kata Ketua Umum DPD HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia) Provinsi DKI Jakarta Sarman Simanjorang, kepada Liputan6.com, Rabu (5/8/2020).

Hal itu disebabkan daya beli masyarakat sangat turun akibat dari PHK, dan yang dirumahkan, serta  banyaknya UKM yang terpaksa harus menutup usahanya. Meskipun diberlakukan PSBB, kata Sarman geliat ekonomi masih belum sesuai dengan yang diharapkan, ditambah dampak krisis ekonomi dunia.

Sarman mengatakan, sebuah negara disebut resesi apabila dalam dua kuartal berturut-turut mengalami minus. Meskipun Indonesia pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2020 masih positif 2,97 persen, namun kuartal II dipastikan minus, begitupun kuartal III.

“Ini warning kalau resesi sudah didepan mata, di kuartal ketiga ini sudah agak terbuka kemungkinan sesuatu yang tidak bisa hindari yaitu resesi, hanya bagaimana kita berharap kepada pemerintah untuk menjaga atau mengendalikan supaya kita tidak terlalu dalam seperti Singapura -41 persen dan Amerika Serikat -35 persen,” ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Saran Pengusaha

Salah satu pedagang menggunakan face shield dan sarung tangan saat melayani pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/6/2020). Saat era new normal, para pedagang di pasar rakyat diwajibkan menggunakan masker, face shield, dan sarung tangan selama beraktivitas. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Namun, ia berharap walaupun minus di kuartal II dan kuartal III juga diprediksikan minus, jangan sampai mencapai dua digit minusnya, seperti Singapura dan Amerika Serikat, dan negara lainnya.

Jika dilihat sampai saat ini gejala ekonomi Indonesia masih berada di posisi ketidakpastian, apalagi dengan daya beli masyarakat yang sangat menurun. Hal ini dibuktikan dengan pusat-pusat perbelanjaan masih relatif sepi, dan masih banyak hotel-hotel di Jakarta bintang 4 dan 5 masih tutup.

“Mereka tidak berani operasional karena kalau tingkat penghuninya hanya 20 persen, mereka masih merugi. Ini kan indikator-indikator yang kita lihat masih sangat-sangat minim, jadi pergerakan ekonomi kita memang itu dipicu oleh berbagai sektor akibat covid-19,” jelasnya.

 


Ekspor Menurun

Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Seperti sektor ekspor menurun, dan investasi masih belum maksimal, serta pariwisata juga sampai saat ini masih banyak yang belum beroperasi.

Oleh karena itu, Sarman menyebut ada dua hal yang harus dijaga. Pertama, menjaga  konsumsi rumah tangga; kedua, menjaga daya beli masyarakat dari sisi pemulihan ekonomi dengan menggerakkan proyek padat karya. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya