Liputan6.com, Tanzania - Saniniu Laizer, seorang penambang skala kecil di Tanzania, yang pada bulan Juni lalu diberitakan menjadi jutawan dalam semalam karena menjual dua batu Tanzanite senilai $ 3,4 juta atau sekitar Rp 50,1 miliar, kembali mengalami nasib serupa.
Selang beberapa pekan, seperti dilansir dari BBC, Rabu (4/8/2020), Laizer menemukan lagi batu berharga itu. Ia menjual permata tersebut dengan harga $ 2 juta atau sekitar Rp 29,5 miliar.
Advertisement
Batu ketiga yang ditemukan oleh Saniniu Laizer ini memiliki berat 6,3 kg.
Tanzanite diketahui hanya bisa ditemukan di Tanzania Utara dan digunakan oleh khalayak untuk membuat ornamen. Ini adalah salah satu batu permata paling langka di Bumi yang ahli geologi setempat perkirakan pasokannya mungkin akan habis dalam 20 tahun ke depan.
Daya tarik batu mulia tersebut terletak pada ragam warnanya, seperti hijau, merah, ungu dan biru. Untuk nilainya dapat ditentukan oleh kelangkaan, seperti semakin halus warna atau kejernihannya, semakin tinggi harganya.
Laizery ang mendesak sesama penambang skala kecil untuk bekerja dengan pemerintah, mengatakan bahwa pengalamannya adalah contoh yang baik. "Menjual kepada pemerintah berarti tidak ada jalan pintas ... mereka nyata," katanya dalam sambutannya pada sebuah upacara di tambang Mirerani utara.
Namun ternyata diinformasikan bahwa penambang rakyat sering mengeluh tentang keterlambatan pembayaran royalti mereka oleh pemilik tambang.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Hasil Penjualan Digunakan Untuk Membangun Daerah Tepat Tinggal
Setelah penjualan dua batu bulan Juni seberat 9,2 kg dan 5,8 kg, Laizeryang merupakan seorang ayah dari lebih dari 30 anak mengatakan bahwa ia akan mengadakan pesta.
Tetapi pada Senin 27 Juli dia mengatakan uang itu akan digunakan untuk membangun sekolah dan fasilitas kesehatan di tempat tinggalnya di Distrik Simanjiro di wilayah Manyara utara.
Dua bulan lalu, dia mengatakan kepada BBC bahwa rejeki nomplok tersebut tidak akan mengubah gaya hidupnya, dan bahwa dia berencana untuk terus menjaga 2.000 sapinya.
Beberapa penambang skala kecil seperti Laizer memperoleh lisensi pemerintah untuk mencari peluang mencari tanzanite, tetapi penambangan ilegal banyak dijumpai terutama di dekat tambang yang dimiliki oleh perusahaan besar.
Pada 2017, Presiden Magufuli memerintahkan militer untuk membangun tembok sepanjang 24 km (14 mil) di sekitar lokasi penambangan Merelani di Manyara, yang diyakini sebagai satu-satunya sumber Tanzanite di dunia. Setahun kemudian, pemerintah melaporkan peningkatan pendapatan di sektor pertambangan dan menghubungkan kenaikan tersebut dengan pembangunan tembok.
Reporter: Vitaloca Cindrauli SItompul
Advertisement