Liputan6.com, Jakarta Kasus Covid-19 hingga saat ini masih belum menunjukkan perubahan yang signifikan karena masih sangat tinggi angkanya di atas seribu orang. Tercatat sampai Selasa (4/8), total kasus Covid-19 menjadi 115.056 orang.
Advertisement
Berkaitan dengan hal tersebut, Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Demokrat, Syarief Hasan mengaku prihatin dengan manajemen pemerintah dalam menanggulangi pandemi Covid-19. Menurutnya, kementerian dan lembaga negara kurang kompak dalam menanggulangi pandemi ini.
Hal itu berdasarkan pernyataan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu yang menyebut bahwa kementerian dan lembaga negara bekerja sendiri-sendiri. Padahal keberhasilan beberapa negara dalam menanggulangi pandemi Covid-19 tak terlepas dari peran bersama dan saling bahu-membahu antar lembaga.
Syarief juga melihat bahwa kinerja menteri yang notabene adalah pembantu presiden, dinilainya sangat kurang. Bahkan, Presiden Jokowi dalam beberapa kesempatan, dinilai Syarief terkesan mengurusi hal-hal teknis, seperti cara sosialisasi pemakaian masker dan jaga jarak yang seharusnya bisa dikerjakan oleh menteri terkait.
Masih menurut Syarief, hal yang paling terlihat, beberapa kali Presiden Jokowi menegur kementerian atau lembaga yang dianggap kurang memiliki sense of crisis, terutama yang lamban dalam penyerapan anggaran penanganan.
Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini menilai bahwa kesuksesan penanganan pandemi Covid-19 sangat tergantung pada pemerintahnya. Itu karena pemerintah memiliki sumber daya yang besar dan kemampuan intervensi pada setiap kebijakan di Indonesia.
"Angka positif harian yang tinggi menunjukkan kurang efektifnya berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah," ungkap Syarief.
Negara Tetangga Berhasil Tekan Pertumbuhan Covid-19
Memang di beberapa negara termasuk negara-negara yang tergabung dalam ASEAN telah berhasil menekan penyebaran Covid-19. Praktis, hanya Indonesia yang masih memiliki peningkatan kasus tajam di wilayah Asia Tenggara. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah di masing-masing negara.
Syarief Hasan pun memberikan contoh peran sentral kepala pemerintahan di beberapa negara. Perdana Menteri Malaysia misalnya, sejak mengalami penyebaran di awal Maret, dia langsung mengambil kebijakan lockdown, untuk menutup ruang masuknya pembawa virus ke negara tersebut. Akhirnya, Malaysia mampu menekan angka positif Covid-19 dan menjaga pertumbuhan ekonominya
Tak hanya PM Malaysia, Presiden Turki pun mengambil kebijakan lockdown di setiap akhir pekan dan aturan ketat tinggal di rumah bagi anak-anak dan lansia. Kebijakan ini berhasil menekan angka positif di Turki.
Menurut Syarief, pemerintah harus belajar dari negara lain dalam hal kekompakan menyelesaikan pandemi Covid-19. Syarief juga mengaku heran karena menurutnya, Indonesia memiliki budaya gotong royong yang sangat kental.
Namun, budaya tersebut belum tergambarkan dalam pengelolaan oleh pemerintah dalam penanggulangan pandemi. "Gotong royong harusnya menjadi ruh dalam sistem kerja di pemerintahan," ungkapnya.
"Antar kementerian dan lembaga harus bersatu padu dan mengedepankan kepentingan bersama agar pandemi ini segera teratasi. Presiden juga harus tahu masalah yang terjadi agar bisa mengambil kebijakan yang efektif dan tegas untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah, bukan malah memberikan komentar tidak tahu kenapa," tutup Syarief.
(*)
Advertisement