Tak Melulu Buruk, Simak Indikator Positif Ekonomi Indonesia Ini

Dengan indikator ekonomi yang positif, maka langkah pemerintah memulihkan ekonomi sudah berada di jalur yang tepat.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Agu 2020, 17:20 WIB
Pengunjung melihat peralatan industri yang dipamerkan dalam Manufacturing Indonesia 2019 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (4/12/2019). Pameran manufaktur internasional terbesar di Indonesia tersebut berlangsung 4-7 Desember 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Deputi I Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir, menyebut bahwa terdapat beberapa indikator positif di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi. Di kuartal II 2020, ekonomi Indonesia minus 5,3 persen secara year on year (yoy).

"Tapi ada hal positif, sejak Juni. dari beberapa indikator," kata Iskandar dalam video conference di Jakarta, Rabu (5/8/2020).

Dia mengatakan, indikator indek PMI dari Mei ke Juni 2020 meningkat 7 poin lebih, atau berada di angka 46,9 poin. Begitu juga dengan penjualan kendaraan bermotor, meski masih minus tapi meningkat signifikan dari minus 82 persen jadi minus 54 persen.

"Begitu juga dengan ketika kita survei indeks keyakinan konsumen meningkat signifkan 83,8. Survei kegiatan dunia usaha juga," kata dia.

Iskandar melanjutkan, bukan dari beberapa indikator ekonomi itu saja yang terlihat sisi positifnya. Dia memberikan optimisme bahwa momentum pertumbuhan ekonomi kuartal II yang  minus 5,32 persen ternyata ada pembalikan arah di akhir Juni 2020.

"Bukan hanya lima leading indicator yang tunjukkan kinerja positif. Ada 3 hal, inflasi inti kita di bulan Juli yang masuk di kuartal III, kalau kita lihat inflasi inti kita dibandingkan Juni yang juni 0,02 persen dan  Juli 0,16 persen. Inflasi inti kan secara konsep gambarkan agregat demand, permintaan dalam negeri, tunjukan peningkatan. Artinya tanda menggeliat ekonomi ketika exit policy terlihat, yang tadinya kuartal II tidak terlihat," paparnya.

Menurutnya, kondisi tersebut menjadi nilai positif yang sejak dulu sudah dipikirkan oleh dirinya. Dengan indikator-indikator ekonomi yang positif tersebut, maka langkah pemerintah itu dinilai sudah cukup on the track.

"Tapi kecepatan jadi masalah. Pembalikan sudah terjadi, tapi pembalikannya ini cepat atau lambat itu yang jadi masalah," kata dia.

 


Sektor Keuangan

Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tak sampai di situ, beberapa kinerja positif pada kuartal II ini juga ditujukan melalui sektor keuangan. Di mana beberapa emiten di pasar modal mampu menopang laba positif dibandingkan semester I tahun lalu.

Di samping ity, yang bisa jadi sumber pertumbuhan ekonomi adalah geliat dari permintaan ekspor Indonesia yang meningkat. Di Juni, ekspor non migas utama Indonesia seperti bahan mineral lemak CPO minyak hewan nabati itu sudah menunjukkan pertumbuhan positif.

"Seperti CPO yang minus 13,7 persen ekspor di Mei, ini bisa meningkat 13,4 persen. Begitu juga komponen lain seperti logam mulia perlengkapan listrik dan alas kaki dan kertas karbon dan packaging lain, tunjukkan peningkatan," kata dia.

"Ini jadi sisi positif dari sisi eksternal. Dengan geliat ekonomi Cina, demand produk-produm ini meningkat. Dibukanya kembali negara trading partner kita, kita berharap ekspor kita bisa meningkat," tandas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya