Kemenkes: Konsumsi Jamu di Masa Pandemi Bantu Tingkatkan Daya Tahan Tubuh

Kemenkes memperbolehkan masyarakat untuk mengonsumsi jamu dan meningkatkan daya tahan tubuh di masa pandemi COVID-19

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Agu 2020, 21:00 WIB
Ilustrasi jamu (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan bahwa masyarakat boleh saja mengonsumsi jamu untuk memperkuat daya tahan tubuh serta menjaga kesehatan bagi mereka yang memiliki penyakit tertentu di masa pandemi COVID-19.

"Jamu sebenarnya sudah aman karena diturunkan secara generasi ke generasi," kata Akhmad Saikhu Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes.

Dalam siaran dialog dari Graha BNPB, Jakarta pada Rabu kemarin, Akhmad mengatakan jamu yang sudah ada sejak zaman nenek moyang boleh saja digunakan masyarakat.

"Jamu yang sudah ada secara empiris kita teruskan. Jamu itu memang bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan sebagainya," kata Akhmad, ditulis pada Kamis (6/8/2020).

Jamu atau produk herbal pun juga berguna untuk meringankan gejala penyakit penyerta, yang selama ini diketahui meningkatkan risiko fatalitas dari pasien COVID-19.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini


Gunakan Jamu untuk Tingkatkan Daya Tahan Tubuh

Pekerja membuat ramuan jamu tradisional di kafe Suwe Ora Jamu, kawasan M Bloc, Jakarta, Jumat (10/7/2020). Sejumlah orang masih mengonsumsi jamu sebagai salah satu cara untuk menjaga daya tahan tubuh di tengah pandemi COVID-19 seperti saat ini. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Akhmad memberikan contoh hipertensi yang menjadi komorbid nomor satu dari pasien COVID-19 di Indonesia.

"Secara empiris kita punya jamu untuk hipertensi ringan. Komposisinya seperti herbal seledri, kemudian pegagan, ada daun kumis kucing, rimpang temulawak, rimpang kunyit, dan herbal meniran," ujarnya.

Selain memperhatikan Cek KLIK (Kemasan, Label, Izin edar, dan Kedaluwarsa) apabila menggunakan produk-produk herbal, Akhmad mengatakan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Kemenkes sudah mengeluarkan panduan untuk masyarakat dalam penggunaan ramuan jamu secara langsung, baik komposisi dan dosisnya.

Akhmad juga mengatakan, apabila masyarakat memiliki jamu berbasis pengetahuan-pengetahuan lokal yang sudah terbukti meringankan gejala penyakit atau meningkatkan daya tahan tubuh, dengan bahan yang mudah ditemukan di sekitar kita, hal itu boleh saja diteruskan.

"Yang dipakai di bumbu masak, di dapur pun, sebagian besar juga komposisi-komposisi jamu juga. Temulawak, jahe, kunyit dan sebagainya, itu komponen-komponen jamu," katanya. "Di masa-masa COVID-19 ini, tingkatkan saja takarannya. Nanti kalau sudah selesai ya kembali ke dosis-dosis awal."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya