Gunakan Rokok Elektrik dan Konvensional, Risiko Kena Masalah Kesehatan Jadi Berlipat Ganda

Mereka yang menggunakan rokok elektronik dan konvensional secara bergantian alias perokok ganda ada dampak mengerikan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 07 Agu 2020, 20:00 WIB
Seorang pria meneteskan cairan vape atau rokok elektronik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Selasa (12/11/2019). Pemerintah melalui BPOM mengusulkan pelarangan penggunaan rokok elektrik dan vape di Indonesia, salah satu usulannya melalui revisi PP Nomor 109 Tahun 2012. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018 menunjukkan prevalensi perokok di Indonesia mencapai 28.8 persen. Jumlah ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan perokok konvensional tertinggi di Asia menurut World Bank 2017.

Produk rokok elektronik kemudian hadir dengan klaim sebagai alat pengganti rokok konvensional. Kenyataannya, tidak sedikit perokok konvensional yang juga menggunakan rokok elektronik atau disebut dual user atau pengguna rokok ganda.

“Perilaku merokok konvensional memiliki dampak negatif pada jangka pendek maupun jangka panjang ditambah dengan dampak negatif penggunaan rokok elektronik yang akan menjadi beban ganda bagi penggunanya,” ujar Faizal Rahmanto Moeis, peneliti di Universitas Indonesia dalam webinar Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI), Kamis (6/8/2020).

Dalam penelitian berjudul Gejala Sakit, Produktivitas, dan Utilisasi Kesehatan pada Pengguna Rokok Elektronik & Konvensional (Dual User) di Indonesia Faizal dan peneliti lainnya menemukan bahwa rokok elektronik memang bukan substitusi rokok konvensional.

“Tetapi sebagian besar perokok elektronik adalah dual user dengan rokok konvensional.”

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Beban Ganda Pada Dual User

Temuan lainnya menyebutkan bahwa dual user memiliki probabilitas mengidap penyakit dan komplikasi lebih tinggi jika dibandingkan dengan single user atau pengguna tunggal.

Penggunaan kedua jenis rokok tersebut juga menyebabkan produktivitas perokok menjadi rendah. Di sisi lain, pengeluaran kesehatan menjadi lebih tinggi dibanding pengguna tunggal.

Pengguna tunggal rokok elektronik memiliki probabilitas mengidap asma, diabetes, penyakit mulut, dan komplikasi lebih tinggi, produktivitas lebih rendah, dan utilisasi kesehatan lebih tinggi dari dibandingkan pengguna tunggal rokok konvensional.

“Di sisi lain, pengguna tunggak rokok konvensional memiliki probabilitas mengidap hipertensi dan rematik lebih tinggi dibandingkan pengguna tunggal rokok elektronik. Keduanya punya dampak negatif jadi lebih baik menghentikan rokok daripada mengganti rokok,” pungkas Faizal. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya