Studi: Cegukan Tanpa Henti Bisa Jadi Pertanda Infeksi Virus Corona

Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa cegukan tanpa henti bisa menjadi pertanda infeksi virus Corona

oleh Sulung Lahitani diperbarui 06 Agu 2020, 13:02 WIB
Atasi cegukan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Sangat sulit untuk menentukan seseorang terinfeksi virus Corona. Hal ini dikarenakan, hampir tak ada satu gejala yang sama untuk banyak orang.

Beberapa pasien virus Corona tidak mengalami gejala sama sekali sementara yang lain mengalami gejala yang agak tak biasa. Belum lagi fakta bahwa gejala baru virus ini masih ditemukan bahkan berbulan-bulan setelah pandemi.

Faktanya, sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa gangguan umum yang dialami banyak orang, bisa jadi merupakan pertanda infeksi virus Corona. Gangguan umum tersebut yakni cegukan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Cegukan terus menerus

Jangan Anggap Sepele Cegukan!

Sebuah studi pada bulan Juli yang diterbitkan dalam American Journal of Emergency Medicine menemukan bahwa cegukan yang terus-menerus bisa jadi merupakan tanda awal dari Covid-19. Studi ini mengikuti satu pasien khusus, yakni seorang pria berusia 62 tahun.

Lansia tanpa riwayat masalah paru-paru itu mencari bantuan medis setelah mengalami cegukan terus-menerus selama empat hari. Ia juga mengalami penurunan berat badan yang tak bisa dijelaskan sebanyak 11 kilogram selama empat bulan.

 


Tak ada gejala Covid yang tampak

Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

Melansir dari Bestoflife, ketika pasien itu dirawat di rumah sakit, tak ada tanda-tanda Covid-19 lainnya. Suhunya hanya 37,2 derajat Celcius dan dia tak menunjukkan gejala hidung tersumbat, sakit tenggorokan, atau sesak napas yang merupakan gejala virus Corona paling umum.

Sebagai gantinya, ronsen dada menunjukkan kekeruhan tak tak berdasar - yang merupakan daerah kabur yang tak biasa - di paru-paru kanan atas, serta paru-paru bagian tengah, dan bawah kiri.

 


Menjadi pasien yang diselidiki

Gambar ilustrasi diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Food and Drug Administration AS menunjukkan Virus Corona COVID-19. (US Food and Drug Administration/AFP)

Bruce Y. Lee, MD, profesor Kebijakan Manajemen Kesehatan di City University of New York (CUNY) School of Public Health menulis untuk Forbes: "Ini bisa mewakili beberapa jenis radang paru-paru, pendarahan, atau kerusakan." Menurut penelitian itu, kemudian staf medis mengirim tes Covid ke laboratorium dan memasukkan pasien ke unit medis Covid sebagai "pasien yang sedang diselidiki."

Saat tiba di unit medis, suhu tubuh pasien naik mencapai 38,3 derajat Celcius yang dianggap sebagai demam. Dan hanya satu hari setelah dirawat, hasilnya positif untuk virus Corona.

 


Masih perlu penelitian lebih lanjut

Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Laporan itu tak merinci mengapa lansia itu mengalami penurunan berat badan. Tapi karena itu terjadi selama empat bulan, diduga itu tidak terkait virus Corona. Sementara cegukan tanpa henti, dikaitkan oleh para peneliti terhadap infeksi Covid.

"Sepengetahuan kami, ini adalah laporan kasus pertama dari cegukan terus-menerus seperti keluhan yang muncul pada pasien positif Covid-19 dalam literatur pengobatan darurat," tulis para peneliti dalam laporan tersebut.

"Ini menekankan pentingnya evaluasi rinci pada mereka yang mengalami cegukan. Minimal mengambil riwayat menyeluruh, pemeriksaan fisik, diperiksa di laboratorium dasar, dan ronsen dada."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya