Liputan6.com, Tasmania - Untuk pertama kalinya, butiran salju menghujani Tasmania Utara, Australia. Peristiwa langka tersebut membuat penduduk setempat terjaga sepanjang malam.
Kiani Chippendale (26), salah satu penduduk di kota Launceston, mengatakan bahwa dia belum pernah melihat salju di kotanya tersebut. "Kami begadang sepanjang malam karena kami terlalu bersemangat," katanya seperti dilansir CNN, Kamis (6/8/2020).
Advertisement
"Sangat jarang. Tidak pernah turun salju di sini di kota ini yang aku tahu. Setidaknya tidak selama aku hidup," imbuhnya.
Kota ini mengalami hujan salju paling signifikan pada pekan ini sejak awal 1970-an, menurut Australian Broadcasting Corporation.
"Kami semua kaget dan bersemangat melihat salju. Anak-anak tidak sabar untuk keluar dan bermain di dalamnya," kata warga lainnya, Stacey Baker.
Diketahui, masyarakat merasa bahwa hujan salju tersebut datang di waktu yang tepat di mana Tasmania baru saja mengalami rekor Juli terkering kedua setelah 1957, menurut Bureau of Meteorology Tasmania.
"Kejutan yang indah untuk tahun yang berat bagi banyak orang," ungkapnya.
Bandara di Launceston juga dikabarkan tertutup salju pagi tadi dengan suhu 2,4 °C. Bandara yang berada 150 m di atas permukaan laut tersebut telah mengalami curah hujan 41 mm sejak pukul 09.00 pada Rabu 5 Agustus.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Salju Pertama di Baghdad
Ternyata tak hanya Tansania yang mengalami salju pertama pada 2020. Hal serupa juga terjadi di Baghdad pada Februari.
Penduduk Baghdad dikejutkan dengan turunnya salju yang jarang terjadi di wilayah mereka dengan suhu 51 derajat Celcius (124 derajat Fahrenheit), temperatur tertinggi yang pernah tercatat di Ibu Kota itu.
Salju yang turun di Ibu Kota Irak tersebut dikatakan turun kedua kalinya dalam satu abad terakhir.
Salju terakhir tercatat menghujani Baghdad pada 2008, satu abad sejak serpihan salju terlihat di Baghdad, yang terjadi dengan cepat. Kepala Media dari Pusat Meteorologi Irak, Amer al-Jaberi mengatakan kepada AFP, gelombang dingin tersebut datang dari Eropa.
Warga di Baghdad juga dikatakan lebih terbiasa dengan udara yang panas daripada udara dingin.
Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul
Advertisement