Liputan6.com, Jakarta - Ledakkan di ibu kota Lebanon, yaitu Beirut membuat warga dunia berduka. Ada banyak korban meninggal dan luka-luka akibat insiden tersebut.
Ucapan duka disampaikan beberapa pemimpin dunia. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan solidaritas dengan Lebanon dan mengatakan Prancis mengirim sumber daya ke lokasi ledakan.
Baca Juga
Advertisement
Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian juga mengirim pesan dukungan ke Lebanon, menulis di Twitter bahwa Perancis siap membantu segala kebutuhan yang akan diungkapkan oleh otoritas Lebanon.
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengatakan Teheran siap membantu dengan cara apa pun dan mendesak Lebanon untuk "tetap kuat".
2.750 ton amonium nitrat diduga sebagai penyebab ledakan. Zat itu meledak di pelabuhan Beirut setelah terdampar tanpa jaminan di sebuah gudang selama enam tahun. Selain Lebanon, sejumlah wilayah di dunia juga menjadi korban dari amonium nitrat.
Pada tahun 2013 misalnya. Pabrik pupuk di Oklahoma meledak dan menewaskan 15 orang. Kandungan pupuk itu didomonasi oleh zat amonium nitrat, demikian dikutip dari laman CBS News, Kamis (6/8/2020).
Ledakan lain juga pernah terjadi di Oklahoma. Jika kasus di Lebanon diduga karena kecelakaan, maka di wilayah ini merupakan bentuk serangan.
Kala itu, tahun 1995 dua ton amonium nitrat digunakan sebagai bahan peledak yang menghancurkan gedung federal di Oklahoma dan menyebabkan 168 orang tewas.
Simak video pilihan berikut:
Bali dan Korea Utara
Selanjutnya, insiden Bom Bali tahun 2002 memiliki kaitannya dengan amonium nitrat, demikian dikutip dari laman CNN.
Pada saat itu, amonium nitrat meledakkan tiga lokasi di Bali. korban tewas mencapai 202 orang. Sebanyak 164 orang di antaranya warga asing dari 24 negara, 38 orang lainnya warga Indonesia 209 orang mengalami luka-luka. Dampak kerusakan hingga radius satu kilometer dari pusat ledakan.
Peristiwa yang disebut Bom Bali I ini dianggap sebagai aksi terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.
Kemudian, pada 2004 amonium nitrat juga menyebabkan ratusan orang meninggal di Korea Utara.
Ledakan besar itu terjadi di kota Ryongchon yang ramai dengan penduduk. Laporan mengatakan bahwa insiden itu disebabkan oleh tabrakan kereta yang membawa bahan bakar dan bocornya zat amonium nitrat, demikian dikutip dari laman The Guardian.
Laporan awal di media Korea Selatan mengatakan bahwa 3.000 orang telah tewas atau terluka dalam bencana di Ryongchon, yang berjarak sekitar 90 mil di utara Pyongyang dan 10 mil di selatan perbatasan dengan China.
Kota ini adalah rumah bagi pabrik kimia dan pengerjaan logam, dan dilaporkan memiliki populasi 130.000.
Amonium nitrat adalah salah satu bahan kimia yang disimpan di gudang di kota utara China, Tianjin, yang meledak pada tahun 2015.
Hal ini memicu ledakan yang menewaskan sedikitnya 165 orang dan menyebabkan kerusakan lebih dari US$ 1 miliar, demikian dikutip dari CNN.
Advertisement