Aksi Jokowi Marah-Marah Dinilai Belum Mampu Dongkrak Ekonomi

Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal II -2020 minus 5,32 persen

oleh Tira Santia diperbarui 06 Agu 2020, 14:45 WIB
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers saat meninjau Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Pool)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal II -2020 minus 5,32 persen. Pertumbuhan tersebut disebut terburuk sejak era reformasi.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didik J. Rachbini, meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III akan masuk resesi.

“Ternyata dari data yang dikeluarkan oleh BPS dan juga fakta bahwa Presiden marah-marah, ternyata fungsi Pemerintah dalam menahan pertumbuhan minus ini tidak berjalan, justru pemerintah menjadi sumber kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi negatif. Saya yakin kuartal III masuk resesi dan kuartal IV akan jauh lagi jika penanganannya begini,” kata Didik dalam Press Conference INDEF, Kamis (6/8/2020).

Menurutnya,  pilar utama Pemerintah sebagai penyelamat yang seharusnya berfungsi ternyata tidak berfungsi, ini sama persis dengan dinamika kebijakan yang dilakukan Pemerintah mengatasi pandemi.

“Jadi ekonominya tidak teratasi dan pandeminya juga, sehingga ekonominya lebih jauh mengalami pertumbuhan negatif,” katanya.

 


Penanganan Covid-19 di Daerah Tak Maksimal

Pejalan kaki menggunakan masker di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (27/5/2020). Empat provinsi di Indonesia termasuk DKI Jakarta akan mulai melakukan persiapan menuju new normal atau tatanan kehidupan baru menghadapi COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Ia pun menyesalkan penanganan Covid-19 ini diberikan kepada pemerintah daerah. Padahal yang memegang dana ribuan triliun adalah pemerintah pusat, sehingga tidak adil. 

“Yang populer Calon Presiden itu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Khofifah, Ridwan Kamil, itu sebenarnya dampak yang tidak perlu dibicarakan. Tetapi yang harus dibicarakan efektivitas kebijakan dan melakukan lockdown saat situasi tidak pasti," tegasnya.

Selain itu, Didik mengatakan saat ini banyak peluang yang hilang. Hampir keseluruhan dari sektor perekonomian mengalami pertumbuhan negatif. Namun, katanya, saat krisis itu menciptakan peluang.

 


Peluang Sektor Informasi dan Komunikasi

Ilustrasi Tower BTS (iStockPhoto)

Dia melanjutkan, sektor ekonomi yang mampu menjadi peluang baru yaitu di sektor informasi dan komunikasi.

Didik menilai Menteri informasi dan komunikasi saat ini hanya diam dan menunggu arahan dari Presiden, tidak memiliki inisiatif. Oleh karena itu ia menyarankan agar sektor informasi dan komunikasi segera dibangun dan diperbaiki.

“Sektor informasi dan komunikasi ini gampang, dan didukung oleh perusahaan IT sudah siap, dan disebarkan ke seluruh Indonesia melalui tiang-tiang listrik, itulah yang disebut revolusi tiang listrik. Jadi ini suatu kesalahan jangan mimpi mengatasi resesi kalau pandemi tidak diatasi,” pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya