Ekonomi Jakarta Turun 8,22 Persen, Anies: Usai Pandemi, Rebound Paling Cepat

Pemprov DKI Jakarta terus melakukan upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19.

oleh Ika Defianti diperbarui 06 Agu 2020, 15:04 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberi keterangan terkait pengambilalihan pengelolaan air, Gedung Balai Kota Jakarta, Senin (11/2). Pemprov DKI akan mengambil alih pengelolaan air dari PT Aetra Air Jakarta dan PT PALYJA. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan pihaknya telah memperkirakan ekonomi di Ibu Kota akan turun lebih dalam ketimbang tingkat Nasional saat pandemi virus corona atau Covid-19.

Hal tersebut disampaikan Anies melalui media sosial Facebook usai melihat siaran langsung hasil rilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Agustus 2020.

Berdasarkan data BPS, perekonomian Indonesia di kuartal II ini turun 5,32 persen dibanding tahun lalu dan Jakarta turun 8,22 persen.

"Namun juga diperkirakan bahwa saat wabah terkendali maka ekonomi Jakarta termasuk yang akan rebound paling cepat, Insya Allah," kata Anies yang dikutip Liputan6.com, Kamis (6/8/2020).

Saat ini, kata dia, Pemprov DKI Jakarta terus melakukan upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19. Karena itu mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu meminta agar masyarakat terus melaksanakan protokol kesehatan saat beraktivitas.

Selain itu, Anies menyatakan saat ini Pemprov DKI Jakarta terus menggerakkan testing, tracing, treatment di masyarakat.

"Serta peningkatan kapasitas RS dan penegakan aturan pembatasan sosial, juga perlindungan sosial bagi mereka yang paling rentan," jelas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Positivity Rate DKI

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menyatakan positivity rate atau persentase kasus positif Covid-19 secara kumulatif di Ibu Kota masih lebih rendah bila dibandingkan tongkat nasional.

Namun, kata dia positivity rate di Jakarta melebihi batas standar dari lembaga kesehatan dunia (WHO).

"Kasus akumulatif di Jakarta adalah 5,5 persen, meskipun kita 0,5 persen di atas WHO, angka ini masih jauh di bawah angka (positivity rate) Indonesia adalah 12,7 persen," kata Widyastuti dalam diskusi daring, Kamis (6/8/2020).

Dia juga menjelaskan jumlah tersebut akibat semakin tingginya active case finding di masyarakat melalui fasilitas kesehatan yang ada.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya