Liputan6.com, Sikka - Kegiatan belajar mengajar dengan sistem dalam jaringan (daring) atau online diakui sangat tidak efektif bagi siswa berkebutuhan khusus. Seperti yang dialami siswa berkebutuhan khusus di SLB Negeri Beru Maumere, Jalan Teka Iku, Kelurahan Waioti, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
SLB Negeri Beru mempunyai tiga jenjang pendidikan dari SDLB, SMPLB, dan SMALB. Jumlah siswa SDLB sebanyak 59 siswa, SMPLB berjumlah 24 siswa, SMALB 18 siswa.
Baca Juga
Advertisement
Kepala Sekolah SLB Negeri Beru, Valentinus Vidis, mengatakan, penerapan aturan belajar di rumah untuk anak berkebutuhan khusus sangat tidak efektif. Hal itu dikarenakan, latar belakang pelajar berkebutuhan khusus memiliki orangtua eknomi menengah ke bawah.
Menurut dia, saat ini fasilitas yang diberikan dan daya tangkap anak dengan program belajar dari rumah sangat tidak maksimal.
"Rata-rata anak yang mengenyam pendidikan di SLB Negeri Beru ini adalah anak berkebutuhan khusus. Anak didik di sini tergolong anak-anak yang mengalami ganguan kesehatan," ujarnya kepada wartawan, Kamis (6/8/2020).
Untuk mengatasi itu, pihak sekolah telah melakukan pertemuan bersama orangtua dan sepakat untuk tetap menjalankan proses belajar mengajar dengan meniadakan program daring.
"Kalau kita menggunakan program daring apakah orangtua dengan kondisi ekonominya terbatas bisa membeli handphone android dan membeli pulsa data? Apakah siswa berkebutuhan khusus seperti buta bisa memegang atau mengoperasikan Hp android. Ini sangat memprihatikan," katanya.
Meski tetap melaksanakan belajar mengajar tatap muka, tetapi pihak sekolah tetap menjalankan protokol kesehatan seperti mengukur suhu, cuci tangan, jaga jarak, dan menggunakan masker. Dalam proses belajar mengajar, SLB Negeri Beru, menerapkan sistem tatap muka langsung antara guru dan siswa.
Arianto Faris (10) salah seorang siwa kelas IB SD SLB berkebutuhan khusus, mengaku senang bisa sekolah kembali walaupun hanya seminggu hanya dua kali tatap muka.
Dengan menggunakan alat bantu pendengaran, Arianto tetap mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru kelasnya. Ia mengaku tidak bisa mengikuti sekolah daring sebab, hal itu tidak efektif bagi mereka yang berkebutuhan khusus.