Liputan6.com, Jakarta - Google menghapus lebih dari 2.500 saluran YouTube terkait Tiongkok sebagai bagian dari upaya membersihkan platformnya dari disinformasi.
"Ribuan saluran YouTube ini dihapus antara April dan Juni sebagai bagian dari investigasi berjalan tentang operasi pengaruh terkoordinasi Tiongkok," kata Google, seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (8/8/2020).
Baca Juga
Advertisement
Google juga menyebut, saluran yang dihapus itu umumnya mengunggah konten spam dan nonpolitis. Namun ada juga saluran yang terkait politik.
Pihak Google tidak mengidentifikasi secara spesifik tentang saluran-saluran yang dihapus. Namun, perusahaan menghubungkan video-video tersebut memiliki aktivitas yang mirip dengan yang ditemukan oleh Twitter.
Saluran yang dihapus juga memiliki kaitan dengan kampanye disinformasi yang diidentifikasi April lalu oleh perusahaan analitik media sosial Graphika.
Laporan tersebut muncul bersamaan dengan ketegangan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok atas teknologi dan media sosial jelang pemilu AS.
Gedung Putih
Pada Rabu lalu, Gedung Putih menyebut, pihaknya meningkatkan upaya membersihkan aplikasi Tiongkok yang tak bisa dipercaya dari jaringan digital AS. TikTok dan WeChat pun dianggap sebagai ancaman signifikan bagi keamanan nasional.
Akibatnya, TikTok pun harus menyelesaikan kesepakatan dengan Microsoft paling lambat 15 September 2020 jika tak ingin dicekal di AS.
Bagi pemilu AS, disinformasi jadi momok menakutkan, pasalnya pada pemilu 2016, beredar kabar hasil pemilu diduga dipengaruhi oleh disinformasi yang disebar oleh aktor dari negara lain, dalam hal ini Rusia. Kala itu, aktor terkait pemerintah Rusia dituding menyebar pesan bohong di media sosial.
Oleh karena itu, dalam kurun waktu 4 tahun ini, AS dan perusahaan teknologi berupaya keras agar masalah lama itu tak terjadi kembali.
Perusahaan seperti Google dan Facebook pun rajin mengeluarkan update tentang upaya mereka melawan propaganda.
Advertisement
Hubungan Panas AS -Tiongkok
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, AS memiliki kampanye "Clean Network" yang akan fokus pada 5 hal.
Salah satunya adalah mencegah aplikasi Tiongkok dan perusahaan telekomunikasi AS untuk mengakses informasi sensitif warga dan bisnis di AS.
Pada pencalonan kembali Trump bulan November mendatang, AS-Tiongkok berada dalam hubungan terburuknya selama beberapa dekade ini.
Kondisi hubungan buruk diperparah dengan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, penempatan militer Tiongkok di Laut Cina Selatan, peningkatan kendali atas Hong Kong, perlakuan terhadap muslim di Uighur, perang dagang, hingga persaingan teknologi.
Sementara itu, dalam wawancara dengan Xinhua, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi menuding Pompeo mencoba memanasi dengan membuat divisi baru bernama "rencana menentang Tiktok".
"Semua orang bisa melihat dengan jelas apa maksud AS untuk melindungi posisi monopoli dalam hal teknologi dan mencuri hak berkembang negara lain," kata Wang.
(Tin/Ysl)