AS Cabut Larangan Perjalanan ke Luar Negeri Meski Kasus Corona COVID-19 Masih Tinggi

Departemen Luar Negeri AS dilaporkan telah mencabut kebijakan yang melarang seluruh warganya untuk tidak bepergian ke luar negeri.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 07 Agu 2020, 19:25 WIB
Skuadron jet tempur Blue Angels dari Angkatan Laut dan Thunderbirds dari Angkatan Udara Amerika Serikat bermanuver di langit Kota New York, Selasa (28/4/2020). Aksi tersebut sebagai bentuk penghormatan untuk petugas medis yang tengah berjuang melawan virus corona COVID-19. (AP Photo/Kathy Willens)

Liputan6.com, Washington D.C- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah mencabut kebijakan yang melarang seluruh warganya untuk tidak bepergian ke luar negeri, yang diberlakukan sejak Maret 2020. Pada 6 Agustus, Departemen Luar Negeri AS mencabut peringatan Level 4 yang disebut sebagai 'Do Not Travel' itu.

Dalam tingkat imbaun perjalanan AS, peringatan perjalanan level 4 merupakan level yang tertinggi. 

Sejak 19 Maret, peringatan perjalanan level 4 Do Not Travel tersebut diberlakukan sebagai upaya untuk memperingatakan warga AS agar tidak bepergian ke luar negeri di tengah pandemi Virus Corona.

"Dengan kondisi kesehatan dan keselamatan yang membaik di beberapa negara dan berpotensi memburuk di beberapa negara lainnya, Departemen kembali pada sistem sebelumnya dengan level peringatan perjalanan spesifik (dengan level 1-4 tergantung pada kondisi spesifik negara)," kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan.

Menurut Departemen Luar Negeri AS, hal tersebut dapat memberikan informasi rinci dan dapat ditindaklanjuti para pelancong untuk membuat keputusan perjalanan yang terinformasi.

Pernyataan itu juga menyebutkan, "Ini juga akan memberikan informasi yang lebih rinci kepada warga AS tentang status saat ini di setiap negara."

"Kami terus menyarankan warga AS untuk berhati-hati saat bepergian ke luar negeri karena sifat pandemi yang tidak dapat diprediksi," tambah pernyataan itu.

Namun, dengan kasus Corona COVID-19 yang masih tinggi di Negeri Paman Sam, para pelancong dari negara tersebut masih terus menghadapi pembatasan perjalanan di banyak negara.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Pembatasan Perjalanan ke Kanada dan Meksiko Masih Berlaku

Para pengunjung menikmati pemandangan kota dari anjungan pengamatan Top of the Rock di New York, Amerika Serikat, Kamis (6/8/2020). Top of the Rock kembali dibuka untuk umum setelah ditutup sementara pada Maret lalu untuk membantu membatasi penyebaran COVID-19. (Xinhua/Wang Ying)

Namun, meskipun peringatan perjalanan itu dicabut, pembatasan bagi perjalanan yang tidak mendesak penting antara AS dengan Kanada dan Meksiko, masih diberlakukan hingga setidaknya akhir bulan Agustus.

Selain itu, Pusat Pengendalian Penyakit AS juga masih merekomendasikan untuk tidak melakukan perjalanan yang mendesak ke lebih dari 200 tujuan karena risiko Corona COVID-19 yang tinggi.

"Kami memantau dengan cermat kondisi kesehatan dan keselamatan di seluruh dunia, bekerja dalam kemitraan dengan CDC dan lembaga lainnya. Seperti biasa, kami akan secara teratur memperbarui saran khusus tujuan kami untuk wisatawan AS seiring dengan perkembangan kondisi," jelas Departemen Luar Negeri AS.

Pernyataan itu melanjutkan, "Departemen Luar Negeri telah bekerja erat dengan CDC sejak awal pandemi untuk menyelaraskan pesan publik dan nasihat perjalanan kami dan untuk menjaga keamanan Amerika.


Kasus Kematian Melonjak ke Level Tertinggi

Layar menunjukkan ucapan terima kasih terhadap petugas kesehatan terlihat di Times Square, New York, AS, Senin (27/4/2020). Menurut Center for Systems Science and Engineering di Universitas Johns Hopkins hingga 29 April 2020 WIB, jumlah kasus COVID-19 di AS melampaui 1 juta. (Xinhua/Michael Nagle)

Kematian harian akibat Virus Corona COVID-19 di Amerika Serikat telah melonjak ke level tertinggi dalam kurun waktu tiga bulan, yakni lebih dari 2.000 pada Kamis 6 Agustus.

Ditambah lagi, jumlah kasus kini telah melewati 19 juta secara global, sehingga mendorong banyak negara untuk lebih meningkatkan pembatasan dalam pertempuran melawan pandemi, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (7/8/2020). 

Negara yang paling terpukul di dunia, Amerika Serikat, telah mengalami kebangkitan besar terkait Virus Corona baru sejak akhir Juni, menambahkan 2.060 kematian dalam 24 jam saja pada hari Kamis.

Di sisi lain dunia, tonggak suram juga terjadi. 

Saat ini, jumlah korban resmi di Meksiko melonjak di atas 50.000 orang yang meninggal dunia dan benua Afrika telah mencapai satu juta kasus yang dikonfirmasi.

Lebih dari separuh infeksi Afrika berada di Afrika Selatan, yang memiliki jumlah infeksi tertinggi kelima di dunia, setelah AS, Brasil, India, dan Rusia.

Namun demikian, benua Afrika tetap menjadi salah satu yang paling sedikit terpengaruh, menurut angka resmi, dengan hanya Oseania yang mencatat lebih sedikit kasus Virus Corona COVID-19.

Setidaknya 19.000.553 kasus dan 712.315 kematian telah terdaftar di seluruh dunia, didorong lonjakan di Amerika Latin dan India.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya