Liputan6.com, Gorontalo - Belakangan, objek wisata Tambatan Hati Pelangi mencuri perhatian di Gorontalo. Objek wisata mangrove itu berada di Kabupaten Boalemo.
Objek wisata ini tidak jauh dari pusat Pemerintahan Kabupaten Bolalemo dan bisa ditempuh hanya dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Waktunya pun tak cukup lama, hanya butuh waktu kurang lebih 20 menit sudah bisa sampai lokasi.
Wisata ini, ternyata banyak menawarkan keindahan. Mulai dari keindahan pantai yang mempesona serta rimbunan hijau Hutan Mangrove di tepian pantai membuat suasana sekitarnya terasa lebih sejuk.
Baca Juga
Advertisement
Tidak hanya itu, para pelancong juga bisa menikmati fasilitas jembatan kayu berwarna-warni yang menjulur ke arah laut serta pondok-pondok kecil. Tempat ini cocok digunakan untuk menyusuri hutan bakau yang menjadi habitat satwa liar endemik Sulawesi.
Jika beruntung, kita dapat melihat hewan-hewan yang menghuni hutan mangrove tersebut. Seperti biawak, bunglon, ular dan berbagai jenis burung, yang sesekali menampakan diri.
Sebelum menjadi objek wisata, tempat ini merupakan tambatan perahu nelayan. Namun karena indah dan berpotensi dijadikan wisata bahari, maka hutan mangrove ini dijadikan wisata yang kini juga sedang viral di media sosial.
Ketua pengelola wisata, Suparman Ndaima mengatakan, lokasi tambatan perahu tersebut dibangun sejak tahun 2017 dengan panjang tambatan mencapai 150 meter, menggunakan anggaran dana desa.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Tempat Penelitian
"Awalnya itu hanya jadi tempat istrahat para nelayan saat setelah melaut, namun karena bagus spotnya ada yang mengunggah ke media sosial," kata Suparman.
Akhirnya, kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mulai melirik tempat ini dan dijadikanlah sebagai salah satu ikon wisata untuk menarik pelancong dari luar daerah.
Kementerian lantas menggelontorkan bantuan anggaran sebagai upaya peningkatan sektor pariwisata di wilayah tersebut.
"Lantaran berpotensi wisata, dan sebagai pelestarian mangrove, maka tahun 2019 kami dapat kucuran dana," dia menjelaskan.
Karena tampilannya yang penuh warna dan unik, maka lokasi itu telah dikaitkan dengan pesona warna pelangi. Pengunjung akrab menyebut lokasi itu dengan nama Tambatan Hati Pelangi.
"Saat ini pengunjung yang datang tidak hanya warga lokal, ada juga para turis yang berasal dari negara luar datang untuk memantau satwa," ungkap Suparman.
Seorang pengunjung, Rahmat Pakaya mengungkapkan tempat itu tak hanya cocok untuk sekadar bersantai. Hutan mangrove juga menjadi penelitian tentang konservasi hutan mangrove.
"Jadi kami datang bukan hanya sekedar bersantai, namun juga sambil belajar tentang alam hutan mangrove," kata Rahmat.
Advertisement