Liputan6.com, Jakarta - Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 menguat pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta), menghilangkan kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan AS-China dan negosiasi stimulus virus corona yang sedang berlangsung.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (8/8/2020), Dow ditutup naik 46,50 poin atau 0,2 persen ke level pada 27.433,48. S&P 500 mengakhiri perdagangan dengan naik 0,1 persen menjadi 3.351,28. Kenaikan tersebut cukup untuk memperpanjang rentetan penguatan kedua indeks saham tersebut dalam enam hari.
Advertisement
Sedangkan Nasdaq Composite tertinggal, jatuh 0,9 persen menjadi 11.010,98 dan menghentikan penguatan beruntun dalam tujuh sesi perdagangan terakhir. Saham Amazon dan Netflix masing-masing turun 1,8 persen dan 2,8 persen. Microsoft turun 1,8 persen dan Apple turun 2,3 persen.
Presiden Donald Trump pada Kamis malam mengeluarkan perintah eksekutif untuk mengatasi 'ancaman yang ditimbulkan' oleh aplikasi China TikTok dan WeChat. Setiap transaksi dengan ByteDance dan Tencent, perusahaan induk TikTok dan WeChat, masing-masing, akan dilarang dalam 45 hari.
Hal itu terjadi ketika ketegangan antara Washington dan Beijing terus meningkat karena beberapa masalah termasuk asal-usul virus Corona dan demokrasi di Hong Kong. AS pada hari Jumat memberikan sanksi kepada Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Data Tenaga Kerja AS
Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan, ekonomi AS telah menambah 1,763 juta lapangan pekerjaan pada Juli. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan kenaikan 1,4 juta.
Tingkat pengangguran AS juga lebih baik dari yang diharapkan, turun menjadi 10,2 persen. Laporan pekerjaan untuk Juni dan Mei juga direvisi naik tajam.
Kepala Strategi di Principal Global Investors, Seema Shah mengatakan bahwa laporan tersebut merupakan kejutan yang disambut baik bagi investor.
"Ini hanya menunjukkan pasar tenaga kerja statis pada Juli, tidak menunjukkan tanda-tanda kelemahan baru yang mengancam peningkatan kasus COVID-19," katanya.
"Meskipun demikian, dengan Kongres yang gagal menyetujui paket stimulus fiskal baru, risikonya adalah bahwa kegagalan kebijakan menguras kekuatan tentatif yang telah merayap kembali ke perekonomian dalam beberapa bulan terakhir," tutup dia.
Advertisement