Liputan6.com, Jakarta - Seiring dengan kasus Covid-19 yang terus meningkat di negara berkembang, Bill & Melinda Gates Foundation telah mendonasikan USD 150 juta kepada produsen vaksin terbesar di dunia, Serum Institute of India.
Bill Gates meminta agar produsen vaksin tersebut menyediakan hingga 100 juta dosis vaksin Covid-19 kepada negara-negara miskin dengan harga kurang dari USD 3 per dosis.
Advertisement
“Uang tersebut memungkinkan Serum Institute of India untuk mulai memproduksi vaksin dengan mitranya, yakni perusahaan biofarmasi AstraZeneca dan Novavax. Sehingga mereka akan tersedia jika disetujui,” kata lembaga itu dilansir dari laman Forbes, Sabtu (8/8/2020).
Selain itu, yayasan tersebut juga memberikan USD 150 juta kepada Gavi, Vaccine Alliance, sebuah organisasi yang menegosiasikan dan mendanai vaksin untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Gavi adalah co-lead COVAX, sebuah inisiatif dengan Organisasi Kesehatan Dunia dan Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi yang bertujuan untuk memberikan 2 miliar dosis vaksin Covid-19 yang disetujui pada akhir 2021.
Sebelumnya, Bill Gates dan yayasannya telah menjadi subjek beberapa teori konspirasi terkait virus corona. Termasuk tudingan bahwa mereka berniat menggunakan vaksin untuk menanamkan alat pelacak pada miliaran orang. Namun hal ini telah disangkal oleh Gates.
Sebagai informasi, Covid-19 telah menyebar dengan cepat di negara berkembang dan berpenghasilan menengah. Termasuk Brasil, India, Afrika Selatan, Meksiko, Peru, Chili, dan Kolombia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Orang Terkaya Dunia Sarankan Tegur Saja Orang yang Tak Bermasker, Tapi Begini Kata Ahli
Saat para pakar kesehatan terus menganjurkan masyarakat untuk mengenakan masker untuk membantu memperlambat penyebaran Covid-19, orang terkaya dunia Bill Gates justru mengajak masyarakat menggunakan cara yang berbeda.
Ia menyarankan masyarakat untuk berani menegur siapa saja yang dilihatnya tidak mengenakan masker. "Daripada memaksa orang memakai masker, yang perlu Anda lakukan saat berada di luar rumah dan melihat orang tak mengenakan masker, tegur saja langsung, bahwa itu salah," ungkap miliarder Gates seperti dikutip dari CNBC, Senin (3/8/2020).
Menurut miliarder ini, membuat orang lain paham bahwa kita harus menghadapi virus ini bersama akan lebih berhasil dibandingkan memberi sanksi atau denda.
"Anda harus menyampaikan pesan ini pada siapa saja dan sayangnya Amerika Serikat belum sampai ke sana," katanya.
Namun demikian, pakar epidemiologi dan profesor di Harvard Medical School Julia Marcus memperigatkan cara tersebut sebagai jalan yang kurang tepat.
Menurut peneliti di pusat penelitian HIV ini, menegur orang lain di mana saja justru dapat menjadi tindakan yang kurang bertanggungjawab atau egois.
"Walau sah-sah saja meminta orang lain mengenakan masker jika Anda memang tidak dapat berjauhan, saya rasa perlu hati-hati menegur orang lain, yang justru bisa jadi membuat orang tersebut semakin abai dan acuh," terang Marcus.
Menurut dia, membuat orang merasa malu setelah ditegur dapat menjadi penghalang yang sangat besar dalam urusan kesehatan publik. Dibandingkan menegur dan mempermalukan orang yang tidak mengenakan masker, Marcus menyarankan cara lain.
"Anda bisa berkata seperti, tolong memakai masker jika Anda berada di sekitar saya," ujarnya.
Itu merupakan salah satu taktik yang juga digunakannya saat mengingatkan orang untuk menggunakan kondom saat krisis AIDS.
Taktik lain yang digunakan adalah dengan memastikan masker selalu tersedia di berbagai tempat seperti toko atau bandara kapanpun masyarakat membutuhkannya.
Sementara itu, profesor hukum yang fokus pada hukum yang menyangkkut kesehatan publik Aziza Ahmed mengatakan, tak apa memberikan sedikit tekanan sosial pada masyarakat. Namun tidak harus begitu pada orang asing yang tak kenal.
"Gagasan yang baik untuk mengingatkan tetangga dan teman memakai masker dan menjaga jarak. Tapi menegur orang lain yang tak dikenal adalah hal berbeda. Orang yang dikenal jelas akan cenderung mendengarkan," tutur Ahmed.
Advertisement