Ngopi Pagi Sambi Ngobrol Kopi di Bengkulu Tengah

Langkah taktis diambil sang bupati dengan mengumpulkan para petani, pelaku UMKM dan pengusaha kedai kopi untuk duduk bersama sambil ngopi sambil berdialog membahas tema khusus yaitu Kopi.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 10 Agu 2020, 06:00 WIB
Bupati Bengulu Tengah Ferry Ramli mengajak banyak pihak untuk ngopi bersama sambil membahas masalah kopi di Bengkulu. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Liputan6.com, Bengkulu - Bicara soal kopi itu kita pasti menemukan keunikan tersendiri. Mulai dari pelosok desa, masyarakat pegunungan, warga kota hingga masyarakat metropolitan di seluruh dunia sebagian besar menjadikan kopi sebagai minuman rutin setiap pagi termasuk di Bengkulu.

Pandemi Covid-19 memukul seluruh sektor ekonomi, termasuk para petani, UMKM dan penggiat usaha kopi. Kedai kopi hingga coffee shop yang berada di pusat perbelanjaan, semuanya tiarap.

Kondisi ini membuat Bupati Bengkulu Tengah gelisah. Langkah taktis diambil sang bupati dengan mengumpulkan para petani, pelaku UMKM dan pengusaha kedai kopi untuk duduk bersama sambil ngopi, sembari berdialog membahas tema khusus, yaitu Kopi.

"Ratusan hektar kebun kopi rakyat ini harus diselamatkan," ujar Ferry di Bengkulu Sabtu 9 Agustus 2020.

Dengan ketinggian tidak lebih dari 600 meter dari permukaan laut, Bengkulu Tengah memang sangat potensial untuk pengembangan jenis kopi robusta. Ratusan ton kopi hasil kebun rakyat itu memiliki ciri khusus dengan citarasa yang lebih tajam, pahit dan beraroma harum.

Sayangnya harga kopi anjlok dan membuat para petani mengeluh. Apalagi wilayah ini tidak memiliki jaringan dan akses pemasaran langsung berskala besar. Permainan harga sangat didominasi para toke dan tengkulak.

"Kita berharap akses distribusi dan informasi bisa mengangkat derajat para petani kami," lanjutnya.

Wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah saat ini memang masih didominasi perkebunan kelapa sawit, karet dan tambang batu bara.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Satu Desa Satu Kedai Kopi

Ketua Komunitas Kopi Bengkulu Heri Supandi mendorong perkembangan dunia kopi Bengkulu dengan program satu desa satu kedai kopi. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Tetapi jumlah lahan tidur kebun kelapa sawit dan karet yang sudah tidak produktif masih sangat luas. Ditambah lagi dengan bekas galian tambang batu bara yang harus dihijaukan atau reklamasi.

Menurut bupati Ferry Ramli, Pemkab saat ini sedang mendekati para pemilik bekas lahan tambang dan Kementerian Kehutanan untuk bisa mengelola lahan bekas tambang untuk dijadikan kebun sawit yang dikelola oleh pemerintah. Jika memungkinkan akan diserahkan kepada investor khusus untuk pengembangan perkebunan kopi.

"Jika regulasinya memungkinkan kita akan jalankan rencana ini," kata Ferry Ramli.

Semangat untuk membangkitkan dunia perkopian di Bengkulu Tengah ternyata menarik minat para pelaku usaha di Bengkulu. Dukungan dari berbagai pihak mulai mengalir.

Ketua Komunitas Kopi Bengkulu yang juga Project Manager Bencoolen Coffee, Heri Supandi menyatakan, saat ini pihaknya sedang merancang program Satu Kedai Kopi Setiap Desa. Tujuannya selain menjadi tempat ngobrol sambil minum kopi, setiap kedai akan menyediakan banyak informasi terkait dunia perkopian.

"Kita akan memulainya, dan ini yang paling realistis dijalankan saat ini," ujar Heri.

Para petani dan pemuda desa akan dilatih untuk mengelola kopi secara benar dan menghasilkan produk biji kopi berkualitas. Mulai dari cara pemetikan, pengolahan biji basah pascapanen hingga pembakaran atau roasting, pengemasan dan penyeduhan atau brewing.

Jadi di setiap desa akan ada kader atau tenaga ahli terlatih untuk menjadi motor penggerak pengolahan biji kopi berkualitas. Nanti tinggal bagaimana pemerintah daerah merangkul banyak pihak untuk memasarkan dengan harga jual yang tinggi.

"Target kami tahun ini, semua desa sudah memiliki kedai sendiri," kata Heri Supandi.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya