Survei SMRC: 54 Persen Masyarakat Pikir Investasi Asing Berdampak Negatif ke Ekonomi Indonesia

Survei investasi ini dilakukan pada rentang waktu 29 Juli hingga 1 Agustus 2020 dengan mengambil sampel secara acak via telepon.

oleh Athika Rahma diperbarui 09 Agu 2020, 15:02 WIB
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru soal pendapat masyarakat Indonesia mengenai investasi baik asing maupun dalam negeri, utamanya di tengah pandemi saat ini.

Survei dilakukan pada rentang waktu 29 Juli hingga 1 Agustus 2020 dengan mengambil sampel secara acak via telepon.

Hasilnya, 54 persen responden menilai, banyaknya pengusaha asing yang masuk dan membangun pabrik atau membuka usaha di Indonesia bukan merupakan kondisi yang baik.

"Yang setuju hanya 37 persen," ujar peneliti SMRC Saidiman Ahmad dalam webinar, Minggu (9/8/2020).

Saidiman menjelaskan, secara rinci, terdapat 3 variabel asal negara investor yang ditetapkan dalam penelitian ini. Sebanyak 70 persen responden menganggap investasi dari China berdampak negatif, sementara untuk Malaysia, angkanya sebesar 67 persen.

Sedangkan, 41 persen responden menyambut positif investasi asing dari Jepang dan menilai hal itu akan berdampak baik untuk ekonomi Indonesia.

Kemudian dikaitkan dengan pengesahan RUU Cipta Kerja, sebanyak 42 persen responden setuju investasi akan membuat banyak pengusaha asing membuka lapangan kerja di Indonesia. Dari jumlah yang setuju tersebut, 67 persennya menganggap hal itu baik untuk ekonomi Indonesia.

Dalam kasus tiga negara (Jepang, China, Malaysia), investor dari Jepang dinilai membawa dampak yang lebih positif dibandingkan investor dari China dan Malaysia, dengan hasil survei sebesar 72 persen dari responden yang setuju.

 

Saksikan video di bawah ini:


Perspektif Tenaga Kerja

lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Sementara dari perspektif tenaga kerja, 32 hingga 36 persen responden percaya bahwa dengan dibukanya keran investasi dari 3 negara tersebut, maka tenaga kerja asing akan semakin banyak. Sebagian besar menilai, hal itu berdampak negatif untuk ekonomi.

"Sikap warga atas investasi asing nampak berkaitan dengan tingkat pendidikan dan kondisi ekonomi. Semakin tinggi pendidikan, semakin positif penilaiannya. Semakin buruk kondisi ekonomi, penilaiannya semakin positif karena berharap ada lapangan kerja yang dibuka oleh investor tersebut," jelas Saidiman.

Sentimen publik yang negatif ini, menurutnya, dinilai menjadi cerminan bahwa masyarakat tidak siap dengan persiangan tenaga kerja global serta bisa menghambat ketertarikan investor untuk menanamkan modal di Indonesia.

"Sentimen publik yang kurang positif terhadap investasi dari luar dan keterbukaan terhadap tenaga kerja global bisa menghambat ketertarikan investor untuk berinvestasi di Indonesia," ujar Saidiman.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya