Liputan6.com, Bangkok - Pengunjuk rasa di Thailand mengatakan penangkapan dua pemimpin demonstrasi tidak akan menghentikan kampanye mereka untuk memaksa pemerintah mewujudkan aspirasi mereka.
Aktivis itu didakwa dengan hasutan dan melanggar aturan pembatasan sosial di tengah pandemi Virus Corona COVID-19 sehubungan dengan protes baru-baru ini, sebelum dibebaskan dengan jaminan, demikian dikutip dari laman Al Jazeera, Senin (10/8/2020).
Baca Juga
Advertisement
Aksi demonstrasi tersebut kemungkinan akan tumbuh menjadi gerakan yang lebih besar karena ekonomi memburuk di tengah pandemi Virus Corona COVID-19.
Aktivis terkemuka Arnon Nampa membidik pemerintah karena "mengancam" gerakan pro-demokrasi pada sebuah protes, sehari setelah pembebasan jaminannya atas tuduhan penghasutan.
Kerajaan Thailand telah menyaksikan demonstrasi hampir setiap hari selama berminggu-minggu oleh sebagian besar siswa muda yang mengecam pemerintah Prayut Chan-o-cha yang berpihak pada militer.
Nampa, seorang pengacara hak asasi manusia berusia 35 tahun, dan aktivis lainnya ditangkap pada hari Jumat lalu dan didakwa dengan pasal penghasutan dan melanggar aturan terkait pembatasan terkait Virus Corona COVID-19, demikian dikutip dari Bangkok Post.
Penangkapan juga terjadi empat hari setelah Arnon memimpin diskusi pada protes subversif tentang peran kerajaan Thailand.
Dibebaskan dengan jaminan syarat, mereka tidak akan mengulangi pelanggaran yang dituduhkan, Arnon malah melakukan kembali aksinya pada Minggu ke Chiang Mai, Thailand untuk berbicara di rapat umum.
"Kami mengulangi tiga tuntutan kami: berhenti mengancam rakyat, membubarkan parlemen dan membuat konstitusi baru," katanya kepada kerumunan sekitar 400 orang.
Simak video pilihan berikut:
Ketidakpercayaan Kaum Muda
Sejauh ini tidak ada dakwaan yang diajukan berdasarkan hukum terhadap para pengunjuk rasa.
Protes anti-pemerintah lainnya yang diperkirakan pada hari Minggu di provinsi Phitsanulok dibatalkan, menurut penyelenggara di Facebook, yang mengumumkannya dengan tagar "berhenti mengancam orang".
Para pengunjuk rasa mengatakan gerakan pro-demokrasi mereka yang baru lahir telah diorganisir secara organik, dengan para pemimpin muda turun ke media sosial untuk mempromosikan flashmobs.
Pandemi Virus Corona COVID-19 telah membuat ekonomi Thailand terjun bebas, mempertajam ketidakpuasan anak muda Thailand pada pemerintah.
Advertisement