Liputan6.com, Jakarta - Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RSCM Kristiana Siste menerangkan terkait ketergantungan anak dan remaja pada internet dan ponsel pintar.
Ketergantungan atau adiksi internet ditandai dengan penggunaan yang berlebihan sehingga mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari. Bahkan, ketergantungan ini dapat mengganggu fungsi kognitif anak dan remaja.
Advertisement
“Berpisah dengan ponsel pintar ternyata bisa menyebabkan gangguan fungsi kognitif pada anak dan remaja sehingga tingkat konsentrasi dan gaya memorinya juga kurang,” ujar Siste dalam webminar Kementerian Kesehatan, Rabu (5/8/2020).
Dari hasil penelitiannya pada 2019, 7 dari 10 remaja perempuan menggunakan internet untuk mengakses media sosial. Line, IG, dan WhatsApp adalah 3 media sosial favorit mereka.
“Tujuan mereka mengakses media sosial ternyata untuk menjalin pertemanan, mencari informasi, dan mengisi waktu luang.”
Simak Video Berikut Ini:
Pada Remaja Laki-Laki
Pada remaja laki-laki, tambah Siste, 9 dari 10 remaja laki-laki menggunakan internet untuk bermain gim daring dengan alasan untuk mencari tantangan, meningkatkan percaya diri, dan mencari kesenangan.
“Mobile Legend dan PUBG menjadi favorit.”
Siste menambahkan, semua tujuan atau alasan remaja bermain sosial media dan bermain gim sebetulnya dapat dilakukan juga di dunia nyata. Namun, pada kenyataannya remaja menjadi abai terhadap kehidupan yang sebenarnya.
Dari kasus ini muncul istilah phubbing. “Phubbing adalah mengabaikan interaksi di dunia nyata untuk interaksi sosial di dunia maya melalui gawai.”
Contoh kasus phubbing adalah ketika seorang ibu yang asik sendiri bermain gawai sedangkan anak-anaknya dibiarkan belajar dan bermain sendiri tanpa didampingi.
Advertisement