Liputan6.com, Guangzhou - Sebuah kota di China membuat jalan tol di sekitar sebuah rumah. Tepatnya membuat bangunan itu berada di tengah jalan. Mengapa demikian?
Alkisah, sang pemilik merasa pihak jalan tol tidak dapat memberikan opsi terbaik agar dia bisa pindah. Alhasil si empunya bangunan menolak untuk menjualnya kepada pemerintah selama satu dekade.
Advertisement
Rumah di tengah jalan itu salah satu bangunan yang kerap dijuluki "rumah paku" di China. Atau 'dingzihu' dalam bahasa Mandarin - di mana pemilik rumah menolak kompensasi dari pengembang atas pembongkarannya.
Rekaman yang dirilis oleh media lokal menunjukkan properti itu terjepit di antara dua sayap Jembatan Haizhuyong yang baru dibuka di kota metropolitan Guangzhou di Provinsi Guangdong, seperti yang dikutip dari Daily Mail, Selasa, (10/8/2020).
Rumah satu lantai itu memiliki bangunan seluas 40 meter persegi (430 kaki persegi) dan terletak di tengah-tengah jalur lalu lintas empat jalur, menurut stasiun TV Guangdong.
Pemilik rumah, yang dikenal dengan nama marga Liang, mengatakan dia tidak setuju untuk pindah karena pemerintah gagal menawarinya properti pengganti di lokasi yang ideal. Dia mengaku tak masalah menghadapi konsekuensinya, dan tidak keberatan dengan apa yang orang lain pikirkan.
"Anda pikir lingkungan ini tidak layak tinggal, tetapi saya merasa itu tenang, bebas, menyenangkan dan nyaman," katanya.
Saksikan Juga Video Ini:
Rumah Ganti Tak Sesuai
Menurut pengakuan orang terdekat si pemilik rumah kepada stasiun TV Guangdong, Liang menuntut pemerintah memberikannya empat apartemen, tetapi pemerintah hanya menyetujui dua.
Menurut wawancara lain yang direkam oleh Pear Video, dia mengklaim pemerintah telah menawarkan akomodasi pengganti rumahnya, namun letaknya di sebelah kamar mayat, dan itulah mengapa dia tidak berkenan pindah.
'Rumah paku' telah memicu sensasi internet di China setelah rekaman dan gambarnya muncul di media sosial.
Pemerintah Distrik Haizhu mengatakan pada hari Kamis bahwa para pejabat sejatinya sudah mengalokasikan plot di Jalan Huandao untuk dihancurkan pada tahun 2010 untuk membangun Jembatan Haizhuyong, lapor Guangzhou Daily.
Liang adalah satu-satunya orang dari total 47 rumah tangga dan tujuh perusahaan yang masih tinggal di sana. Yang lainnya telah pindah pada September lalu, kata para pejabat.
Pihak berwenang mengklaim telah menawarkan kepada penduduk banyak kandidat flat serta skema kompensasi tunai, tetapi dia menolak semuanya.
Mereka menambahkan bahwa para insinyur telah mempelajari masalah keselamatan yang relevan sebelum membangun jalan layang.
Pemerintah berjanji untuk terus berkomunikasi dengan Liang.
Reporter: Yohana Belinda
Advertisement