Pemerintah: Angka Stunting Indonesia Tinggi karena Anak Tak Suka Makan Buah

Rendahnya tingkat konsumsi buah oleh masyarakat mengakibatkan anak berisiko tinggi terkena stunting.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Agu 2020, 16:45 WIB
Anak-anak bermain di bantaran Kanal Banjir Barat dengan latar belakang gedung pencakar langit di Jakarta, Kamis (6/8/2020). Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal II/2020 minus 5,32 persen akibat perlambatan sejak adanya pandemi COVID-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud angkat suara atas tingginya tingkat stunting di Indonesia. Menurut dia, rendahnya tingkat konsumsi buah oleh masyarakat mengakibatkan anak berisiko tinggi terkena stunting.

"Stunting terjadi akibat kurangnya kebutuhan vitamin atau mineral. Dimana sebagian mineral itu diperoleh dari buah dan sayur. Sedangkan di kita tingkat konsumsi buah masih rendah," ujar dia melalui Webinar Gerakan Konsumsi Buah Nusantara di Jakarta, Senin (10/8/2020).

Lanjutnya, berdasarkan anjuran WHO atau Bdan kesehatan dunia angka konsumsi buha untuk hidup sehat ialah sejumlah 150 gram buah. Angka tersebut setara dengan tiga buah pisang Ambon berukuran sedang atau satu potong pepaya ukuran sedang maupun tiga buah jeruk berukuran sedang.

Sementara berdarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada tahun 2019, tercatat rata-rata konsumsi per kapita untuk hariannya hanya sebesar 67 garam.

"Artinya angka ini dibawah tingkat kecukupan WHO yang menganjurkan konsumsi buah minimum 150 gram per kapita dalam setiap harinya," jelas dia.

Padahal, sambung Musdhalifah, anak-anak dalam fase pertumbuhan harus terpenuhi kecukupan gizinya. Sehingga bisa terhindar dari risiko stunting yang mengancam tumbuh kembang anak.

Beruntung, kesadaran untuk mengkonsumsi buah mulai meningkat pada tataran masyarakat. Salah satunya dipicu oleh pandemi Covid-19 yang terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia.

"pandemi ini menyadarkan publik untuk penting ya arti kesehatan. Masyarakat kerap melakukan berbagai cara agar terhindar dari serangan coronavirus. Seperti berolahraga, meningkatkan konsumsi buah dan sayur lebih sehat, hingga membeli produk kesehatan," tukasnya.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Usul Mensos

Anak-anak bermain di bantaran Kanal Banjir Barat dengan latar belakang gedung pencakar langit di Jakarta, Kamis (6/8/2020). Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal II/2020 minus 5,32 persen akibat perlambatan sejak adanya pandemi COVID-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Usai rapat dengan Presiden Joko Widodo, Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto menyampaikan, target penurunan stunting mencapai 14 persen. Angka ini diupayakan tercapai pada 2024 mendatang.

"Kita berupaya untuk mensukseskan program stunting demi Indonesia maju di kemudian hari. Tadi ada beberapa saran dari Pak Presiden. Yang pertama, fokus (penurunan stunting) di 10 provinsi dulu," terang Terawan dalam keterangan pers setelah menghadiri rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (5/8/2020).

"Lalu soal koordinasi antar kementerian dan lembaga. Kami di sini juga kerja sama dengan Kementerian Sosial, bagaimana peran dari PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), PKH (Program Keluarga Harapan, pemberian bantuan sosial). Pada hakikatnya, upaya ini ditujukan untuk mencapai penurunan angka stunting di 2024 menjadi 14 persen."

Dalam upaya penurunan angka stunting, Jokowi meminta seluruh pihak dan pemerintah daerah untuk fokus menangani stunting di 10 provinsi, yang mana angka prevalensi stunting tinggi. Data Kementerian Kesehatan, stunting mengalami penurunan, dari 37 persen pada 2013 menjadi 27,6 persen pada 2019. 

Kesepuluh provinsi yang memiliki prevalensi stunting tertinggi, antara lain Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, dan Aceh. Kemudian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah.

Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya