Ekspor Buah Indonesia Melonjak Selama Pandemi

Selain itu, nilai tambah ekspor buah juga terkerek sebesar 73,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Agu 2020, 19:53 WIB
Pedagang memlilih buah semangka di pasar induk Kramat Jati, blok buah di Jakarta, Minggu (2/2/2020). Produksi lokal dinilai perlu digenjot untuk meredam impor buah tropis yang masih berlangsung sampai saat ini. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Total ekspor buah segar Indonesia pada Januari sampai Mei 2020 melonjak menjadi 375 ribu ton dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Selain itu, nilai tambah ekspor buah juga terkerek sebesar 73,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan, kedua torehan positif tersebut dipicu oleh pandemi Corona. Menyusul meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memelihara kesehatan agar terhindar dari paparan virus mematikan asal Wuhan tersebut.

"Pandemi ini membuat orang lebih mengkonsumsi makanan sehat termasuk buah dan sayuran. Masyarakat kerap melakukan berbagai cara agar terhindar dari serangan coronavirus ini," kata dia melalui Webinar Gerakan Konsumsi Buah Nusantara di Jakarta, Senin (10/8/2020).

Musdhalifah mengatakan, pangsa ekspor terbesar buah asal Indonesia masih serupa dengan negara tujuan ekspor tahun 2019. Yakni Vietnam 27 persen, Malaysia 19 persen, China 19 persen, India 10 persen , Hogkong 6 persen,Thailand 5 persen, lalu Uni Emirat Arab 3 persen.

Namun, ia memprediksi trend positif tersebut akan terus meningkat. Mengingat obat penawar untuk membunuh virus corona jenis baru tersebut belum ditemukan. Sehingga ini menjadi tantangan bagi Indonesia untuk terus memenuhi permintaan dunia internasional akan berbagai jenis buah tropikal.

"Untuk itu perlu gerakan besar untuk membangunkan raksasa yang tengah tertidur ini. Mengingat Indonesia berpotensi sebagai penghasil buah tropikal terbesar," ujarnya.

Oleh karena itu, Kementeriannya tengah meningkatkan koordinasi bersama kementerian/lembaga terkait untuk pengembangan kawasan hortikultura berkualitas ekspor. Sekaligus memperluas sebaran program subsidi biaya logistik pangan dan program pasar mitra tani di seluruh provinsi.

Tak hanya itu, Kementerian Perdagangan juga akan lebih aktif dalam memberikan pelatihan ekspor dan program pendampingan ekspor. Sekaligus penguatan promosi buah lokal dan informasi pasar bagi petani.

"Kita ingin juga untuk membuka pasar yang lebih luas. Agar produk buah lokal dapat terserap dengan baik saat pandemi ini," paparnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:


Pemerintah: Angka Stunting Indonesia Tinggi karena Anak Tak Suka Makan Buah

Pedagang membawa buah alpukat di pasar induk Kramat Jati, blok buah di Jakarta, Minggu (2/2/2020). Setidaknya ada lima buah-buahan tropis yang sejatinya diproduksi secara masif di dalam negeri, namun masih diimpor. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud angkat suara atas tingginya tingkat stunting di Indonesia. Menurut dia, rendahnya tingkat konsumsi buah oleh masyarakat mengakibatkan anak berisiko tinggi terkena stunting.

"Stunting terjadi akibat kurangnya kebutuhan vitamin atau mineral. Dimana sebagian mineral itu diperoleh dari buah dan sayur. Sedangkan di kita tingkat konsumsi buah masih rendah," ujar dia melalui Webinar Gerakan Konsumsi Buah Nusantara di Jakarta, Senin (10/8/2020).

 

Lanjutnya, berdasarkan anjuran WHO atau Bdan kesehatan dunia angka konsumsi buha untuk hidup sehat ialah sejumlah 150 gram buah. Angka tersebut setara dengan tiga buah pisang Ambon berukuran sedang atau satu potong pepaya ukuran sedang maupun tiga buah jeruk berukuran sedang.

Sementara berdarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada tahun 2019, tercatat rata-rata konsumsi per kapita untuk hariannya hanya sebesar 67 garam.

"Artinya angka ini dibawah tingkat kecukupan WHO yang menganjurkan konsumsi buah minimum 150 gram per kapita dalam setiap harinya," jelas dia.

Padahal, sambung Musdhalifah, anak-anak dalam fase pertumbuhan harus terpenuhi kecukupan gizinya. Sehingga bisa terhindar dari risiko stunting yang mengancam tumbuh kembang anak.

Beruntung, kesadaran untuk mengkonsumsi buah mulai meningkat pada tataran masyarakat. Salah satunya dipicu oleh pandemi Covid-19 yang terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia.

"pandemi ini menyadarkan publik untuk penting ya arti kesehatan. Masyarakat kerap melakukan berbagai cara agar terhindar dari serangan coronavirus. Seperti berolahraga, meningkatkan konsumsi buah dan sayur lebih sehat, hingga membeli produk kesehatan," tukasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya