Dorong Penerimaan Negara, Ekspor Buah Nanas Capai Rp 1,6 Triliun

Produksi buah nusantara menjadi andalan dalam mendorong penerimaan negara.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Agu 2020, 19:53 WIB
Pedagang memasukan buah nanas di pasar induk Kramat Jati, blok buah di Jakarta, Minggu (2/2/2020). Pemerintah berupaya melakukan peningkatan produksi buah-buahan dalam negeri dan diharapkan tidak hanya dilakukan untuk mendongkrak ekspor. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Produksi buah nusantara menjadi andalan dalam mendorong penerimaan negara. Beberapa buah-buahan yang menjadi andalan ekspor antara lain nanas, manggis, pisang, mangga, salak, rambutan, durian dan buah naga.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, untuk nanas Indonesia mengekspor terutama ke Amerika Serikat (AS), Belanda, Spanyol, Jerman dan Jepang. Nilai ekspor untuk komoditas tersebut mencapai Rp 1,6 triliun.

"Buah nanas kita ekspor terutama ke Amerika Serikat, Belanda, Spayol, Jerman dan Jepang nilainya itu Rp 1,6 triliun," ujar Syahrul dalam konferensi pers virtual, Jakarta, Senin (10/8/2020).

Komoditas kedua yang tidak kalah besar memberikan kontribusi bagi negara adalah manggis. Indonesia meraup keuntungan sebesar Rp 1,09 triliun dari buah yang mengandung banyak nutrisi tersebut.

"Manggis kita ekspor utamanya ke Hong Kong, Malaysia, Saudi Arabia nilainya Rp 1,09 triliun," paparnya.

Sementara itu buah-buahan lain yang turut memberi andil adalah pisang dengan nilai ekspor Rp 45 miliar. Kemudian ada juga mangga, salak, rambutan, durian dan buah naga dengan nilai ekspor miliaran.

"Pisang juga demikian niainya Rp 45 miliar lebih tahun ini, buah mangga ekspor utama kita Singapura, Amerika, China, Hongkong, Vietnam. Salak, rambutan, durian termasuk buah naga juga kita ekspor," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:


Pemerintah: Angka Stunting Indonesia Tinggi karena Anak Tak Suka Makan Buah

Pedagang merapikan buah melon di pasar induk Kramat Jati, blok buah di Jakarta, Minggu (2/2/2020). Pemerintah berupaya melakukan peningkatan produksi buah-buahan dalam negeri dan diharapkan tidak hanya dilakukan untuk mendongkrak ekspor. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud angkat suara atas tingginya tingkat stunting di Indonesia. Menurut dia, rendahnya tingkat konsumsi buah oleh masyarakat mengakibatkan anak berisiko tinggi terkena stunting.

"Stunting terjadi akibat kurangnya kebutuhan vitamin atau mineral. Dimana sebagian mineral itu diperoleh dari buah dan sayur. Sedangkan di kita tingkat konsumsi buah masih rendah," ujar dia melalui Webinar Gerakan Konsumsi Buah Nusantara di Jakarta, Senin (10/8/2020).

Lanjutnya, berdasarkan anjuran WHO atau Bdan kesehatan dunia angka konsumsi buha untuk hidup sehat ialah sejumlah 150 gram buah. Angka tersebut setara dengan tiga buah pisang Ambon berukuran sedang atau satu potong pepaya ukuran sedang maupun tiga buah jeruk berukuran sedang.

Sementara berdarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada tahun 2019, tercatat rata-rata konsumsi per kapita untuk hariannya hanya sebesar 67 garam.

"Artinya angka ini dibawah tingkat kecukupan WHO yang menganjurkan konsumsi buah minimum 150 gram per kapita dalam setiap harinya," jelas dia.

Padahal, sambung Musdhalifah, anak-anak dalam fase pertumbuhan harus terpenuhi kecukupan gizinya. Sehingga bisa terhindar dari risiko stunting yang mengancam tumbuh kembang anak.

Beruntung, kesadaran untuk mengkonsumsi buah mulai meningkat pada tataran masyarakat. Salah satunya dipicu oleh pandemi Covid-19 yang terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia.

"pandemi ini menyadarkan publik untuk penting ya arti kesehatan. Masyarakat kerap melakukan berbagai cara agar terhindar dari serangan coronavirus. Seperti berolahraga, meningkatkan konsumsi buah dan sayur lebih sehat, hingga membeli produk kesehatan," tukasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya