Kombinasi Anemia dan Asap Rokok Saat Kehamilan di Mata Pakar Kesehatan Masyarakat Unair Surabaya

Pakar Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Siti Rahayu Nadhiroh menyatakan kombinasi anemia saat masa kehamilan dan asap rokok bisa berakibat fatal

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Agu 2020, 10:00 WIB
Kantor Pusat Manajemen Universitas Airlangga di Kampus C Unair, Jalan Ir Soekarno, Mulyorejo, Surabaya, Jatim. (www.unair.ac.id)

Liputan6.com, Surabaya- Pakar Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Siti Rahayu Nadhiroh menyatakan kombinasi anemia saat masa kehamilan dan asap rokok dapat mengakibatkan stunting atau rendahnya pertumbuhan bayi. Paparan kombinasi tersebut berpengaruh terhadap rendahnya skor pertumbuhan linier (panjang badan) bayi usia enam bulan.

“Paparan kombinasi tersebut juga cenderung berkontribusi terhadap rendahnya skor perkembangan terutama pada skala motorik," ujar Nadhiroh di Surabaya seperti yang dikutip dari Antara, Senin (10/8/2020).

Dalam disertasinya, bayi dengan paparan kombinasi anemia kehamilan dan asap rokok memiliki skor pertumbuhan linier lebih rendah secara signifikan sebesar 11,4  poin. Kemudian, panjang badan menurut umur lebih rendah secara signifikan 0,8 poin dibandingkan bayi tanpa paparan. 

Sedangkan pada perkembangan motorik, bayi yang terpapar asap rokok saat kehamilan hingga usia enam bulan dan ditambah ibu mengalami anemia saat kehamilan, memiliki skor motorik lebih rendah 6,8 poin jika dibandingkan dengan bayi tanpa paparan. Pada penelitian tersebut, dia telah mengamati sebanyak 163 ibu hamil yang memeriksakan kandungannya di tujuh puskesmas di Jakarta, periode 2016 hingga 2019. 

Pengamatan tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah yang terpapar asap rokok dan menderita anemia selama kehamilan, hingga bayi lahir dan berlanjut sampai usia enam bulan.  

"Prevalensi perokok dalam keluarga dan anemia pada ibu hamil cukup tinggi di Indonesia. Karena itu, penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh paparan anemia kehamilan dan asap rokok terhadap pertumbuhan linier dan perkembangan bayi usia enam bulan," tutur dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair tersebut.

Terkait masalah ini, Nadhiroh menyarankan perlunya integrasi program pengendalian rokok dengan program kesehatan ibu anak khususnya pada ibu hamil dan bayi bawah dua tahun, dalam upaya memenuhi target penurunan stunting di Indonesia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya