BMKG Ungkap Penyebab Fenomena Awan Tsunami di Meulaboh Aceh

Simak penjelasan BMKG mengenai penyebab fenomena awan tsunami di Aceh.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 11 Agu 2020, 08:19 WIB
Awan menyerupai smong alias gelombang tsunami muncul di langit Meulaboh Aceh Barat, Senin (10/8/2020). (@masawep)

Liputan6.com, Jakarta - Warga Meulaboh, Aceh dihebohkan dengan munculnya fenomena awan mirip ombak raksasa bak tsunami pada Senin (10/8/2020). Video dan foto-foto mengenai fenomena alam itu viral di media sosial.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan mengenai fenomena alam ini. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, peristiwa ini terjadi karena proses penguapan air yang cukup tinggi, mengingat wilayah Meulaboh juga dekat dengan pesisir pantai.

"Ini merupakan awan hitam jenis Strato Cumulus dengan ketinggian rendah berbentuk memanjang," kata Dwikorita kepada Liputan6.com, Senin (10/8/2020).

Dwikorita menambahkan, peristiwa terbentuknya awan Strato Cumulus ini terjadi mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan 10.00 WIB, Senin (10/8/2020) dengan diikuti curah hujan tercatat 12 milimeter.

"Kecepatan angin mencapai 13 knots dan visibility 4 kilometer," ucap Dwikorita.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Pernah Terjadi di Makassar

Awan mendung menggelayut di langit Jakarta, Kamis (1/2). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi curah hujan dari sedang hingga tinggi akan terjadi hingga 1 minggu ke depan. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, awan serupa juga pernah muncul di sekitar Bandar Udara Sultan Hasanuddin Makassar pada hari pertama 2019.

Rahmat, Forecaster on Duty Stasiun Meteorologi Raden Inten saat dihubungi Liputan6.com pernah mengatakan, awan dengan bentuk yang tersebar di media sosial tersebut sangat lazim terjadi.

Awan tsunami itu dikenal dengan nama Arcus atau Shelf Cloud. Awan ini bagian dari Awan Cumulonimbus yg membentuk landasan dan gulungan awan di depannya.

"Itu awan kombinasi dari berbagai awan, awan cumulonimbus, awan rendah stratus, dan awan menengah dan tinggi," ungkap Rahmat, Senin (10/8/2020).

Namun demikian, Rahmat menjelaskan, awan ini membawa potensi hujan lebat yang disertai angin kencang. Sementa untuk periode luruhnya awan tersebut tergantung besarnya, bisa mencapai hingga 1-2 jam.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya