Liputan6.com, Bandung - Imam Sumantri (45), warga RW 09 Jalan Turangga Timur, Kelurahan Lingkar Selatan, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung, berinisiatif menggunakan halaman rumahnya untuk siswa yang kesulitan belajar daring karena tak punya kuota internet.
Imam selaku pemilik toko listrik mengaku tergerak untuk membantu para siswa di lingkungan sekitar tempat usahanya lantaran banyak yang kesulitan mengikuti kegiatan belajar jarak jauh karena kesulitan membeli kuota internet, atau bahkan ada orang tua siswa yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Awalnya dari obrolan ibu-ibu yang belanja ke toko saya. Mereka punya anggaran terpecah karena harus membeli kuota internet. Sedangkan sekarang kan dalam pekerjaan 50 persen sehingga penghasilan berkurang. Sementara anak-anak mereka perlu menambah kuota internet untuk belajar jarak jauh," ucap Imam saat ditemui, Senin (10/8/2020).
Baca Juga
Advertisement
Imam pun lantas menginisiasi halaman rumahnya seluas 3x4 meter untuk dijadikan lokasi siswa belajar daring. Siswa yang datang cukup membawa peranti komunikasi karena Imam sudah memasang Wi-Fi di rumahnya.
"Jadi ini inisiatif berdua, sama tetangga saya. Kemudian ada respons baik dari pihak kelurahan, RW, dan kecamatan," ucapnya.
Imam bercerita, adanya penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada April lalu, dirinya terpaksa tidak bisa memberikan internet gratis kepada siswa di halaman rumah. Ia pun mencoba dengan mengajak siswa belajar di dalam rumah.
Caranya, siswa yang belajar daring hanya diperbolehkan empat orang dalam satu kali shift belajar. Mereka kemudian menerapkan pergantian 'kelas' setelah rombongan pertama selesai belajar. Tujuannya agar rata dalam memanfaatkan akses internet.
"Sejak saat itu dilakukan bergilir. Siswa yang ada kuota internet tidak perlu ke sini, yang di rumah mereka tidak ada internet baru ke sini," tutur Imam.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini
Tidak Dipungut Biaya
Di masa pandemi, pembelajaran jarak jauh memang menjadi sebuah kebijakan. Namun pembayaran internet bagi orang tua siswa yang melaksanakan belajar daring menjadi lebih besar dari biasanya.
"Kuota internet yang biasanya sekitar Rp50 ribu kan menjadi naik karena kebutuhannya meningkat. Bisa sampai Rp150 ribu. Apalagi jika ada orangtua yang memiliki lebih dari satu anak harus belajar daring," tutur Imam.
Menyadari curhatan tetangganya itu, Imam menyediakan akses internet gratis yang bisa digunakan oleh para siswa untuk belajar daring. Ia tidak memungut biaya sama sekali.
"Karena biasa memfasilitasi anak untuk belajar menggunakan internet, kalau tidak dimanfaatkan sayang. Makanya saya persilakan saja memakainya gratis. Komitmen awal saya juga membantu," kata Imam.
Di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) ini, para siswa sudah bisa belajar di halaman rumah Imam. Bahkan, selain teras rumah, Imam pun mengubah taman yang ada di depan rumahnya sebagai tempat belajar untuk siswa SMP dan SMA.
"Selama fasilitas ada ya silakan dimanfaatkan saja. Pokoknya saya bantu semaksimal mungkin," ucapnya.
Selama proses belajar, Imam pun mengikuti anjuran pemerintah dalam menyediakan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Mulai dari penyediaan tempat cuci tangan, penggunaan masker dan jaga jarak.
"Kita ikuti aturan yang ada yang dianjurkan pemerintah. Siswa yang belajar di sini wajib bermasker atau face shield ini dan selalu disemprotkan cairan disinfektan," ujarnya.
Advertisement