Liputan6.com, Jakarta - Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro telah memeriksa musisi Erdian Aji Prihartanto alias Anji. Pemeriksaan itu terkait laporan Ketua Umum Cyber Indonesia, Muannas Alaidid dengan nomor LP/4538/VIII/YAN.2.5/2020/SPKT PMJ atas kasus dugaan berita bohong.
Anji mengaku baru pertama kali dilaporkan ke aparat kepolisian. Saat menjalani pemeriksaan, dirinya telah ditanya atau dicecar sebanyak 45 pertanyaan oleh penyidik.
Advertisement
"Saya baru pertama kali dilaporkan seperti ini dan baru pertama kali menjalani pemeriksaan seperti ini. Dari tadi mulai jam 10 pagi istirahat satu kali jam makan siang jam 12, lalu tadi ada sekitar 45 pertanyaan. Belum makan malam," kata Anji di Polda Metro Jaya, Senin (10/8/2020) malam.
Dari 45 pertanyaan tersebut, salah satu yang ditanyakan oleh penyidik yakni biodata dirinya.
"Dari 45 pertanyaan, yang jelas pertanyaan di awal adalah pertanyaan tentang identitas saya. Maksudnya biodata, jatidiri. Lalu selebihnya akun Youtube saua akun duniamanji, lalu tentang kronologi kejadian ketika wawancara. Intinya adalah materi pokok perkara," ujarnya.
Anji menjelaskan, sebelum dirinya melakukan wawancara dengan Hadi Pranoto, ia lebih dulu mencari artikel tentang sosok narasumber.
"Seperti yang saya sebutkan diklarifikasi bahwa sebelum saya melakukan interview di sana, itu memang sudah ada beberapa media melakukan interview. Saya mendengarkan materinya, bahkan tanggal 29 Juli, materi interview itu sudah ditayangkan oleh media lainnya," ujar Anji.
Dia juga melihat, materi yang didapat dari internet itu akan sangat bermanfaat untuk dibagikan karena bisa memberi harapan bagi publik. Dan lagi, tak ada transaksi dalam wawancara itu.
"Jadi buat saya, enggak ada keuntungan baik buat Pak Hadi Pranoto maupun buat saya. Dan akhirnya saya melakukan wawancara itu. Karena saya melihat kita semua sudah jenuh, lelah dengan pandemi ini, lalu tiba-tiba ada harapan buat saya ini adalah kebaikan untuk dibagikan. Tapi saya tidak menyangka sih bahwa impact-nya ternyata seperti ini. Ya sudah saya hadapi saja," beber Anji.
Dengan kasus yang menimpanya tersebut, lanjut Anji, menjadi pelajaran terhadap dirinya. Meskipun dirinya sudah lebih dulu melakukan pencarian tentang sosok Hadi Pranoto.
"Yang jelas banyak pelajaran, ternyata saya tidak bisa percaya sama media-media yang ada di Indonesia juga. Maksudnya begini, ya bener kalimatnya begitu. Karena sebelumnya sudah sejak tanggal 30 April 2020, berita tentang Hadi Pranoto dan temuannya ini sudah ada di media online," ungkapnya.
"Saya membaca banyak berita itu media lokal. Lalu ketika saya wawancara di sanapun, ada dua media di sana, media nasional dan media lokal melakukan wawancara dengan Bapak Hadi Pranoto, dengan materi wawancara yang relatif sama dengan apa yang saya buat. Tapi entah kenapa yang viral saya. Ya buat saya ini pelajaran banyak sekali," tambahnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tidak Ada Pesanan
Selain itu, dalam video klarifikasi yang dibuatnya, Anji mengaku tak ada pesanan atau tekanan kepada dirinya. Karena, hal itu memang ia lakukan berdasarkan itikad atau kemauan dirinya sendiri.
"Karena kan saya itu tidak banyak membalas komentar-komentar di Twitter, di IG, di Youtube yang akhirnya di-take down. Tapi saya mencatat apa aja sih yang banyak diprotes dan dikeluhkan, pasti tentang gelar profesor terus tentang uji klinis yang belum ada. Lalu tentang rapid test dan saya bilang di video klarifikasi saya, saya bersedia bekerja sama dengan IDI," ucapnya.
"Bekerja sama itu menyampaikan informasi maksudnya ya bagaiamana sih sebuah temuan atau ramuan bisa dinyatakan sebagai obat melalui uji ilmiah. Jadi itu bentuk pembalas kesalahan saya bahwa saya bersedia bekerja sama. Jadi ini bukan titipan-titipan, tapi saya memang mendapatkan banyak masukan dari berbagai pihak," dia menandaskan.
Reporter: Nur Habibie/Merdeka.com
Advertisement