Liputan6.com, Mauritius - Negara kepulauan Samudra Hindia, Mauritius berada di ambang bencana lingkungan setelah kapal pengangkut minyak menghantam terumbu karang di lepas pantainya pada akhir Juli. Akibat peristiwa itu, tumpahan minyak dalam jumlah besar bahkan terlihat dari angkasa luar .
Mengutip Live Science, Selasa (11/8/2020), kecelakaan itu dapat menyebabkan bencana lingkungan yang lebih besar jika kapal bermuatan bahan bakar seperti minyak, solar dan pelumas tersebut pecah lebih besar lagi.
Advertisement
Kapal MV Wakashio milik Jepang menabrak terumbu karang di lepas pantai tenggara Mauritius, dekat Pointe d'Esny, tepatnya pada 25 Juli. Dalam beberapa minggu sejak itu, retakan pada lambung kapal muncul. Itu artinya muatan kapal dalam bahaya.
Menurut situs berita India, The Swaddle, kapal tersebut hendak melakukan pengiriman 4.290 ton (3.894 metrik ton) minyak bahan bakar rendah sulfur, 228 ton (207 metrik ton) solar dan 99 ton (90 metrik ton) minyak pelumas, yang diangkut kapal dari China ke Brasil.
"Ini adalah pertama kalinya kami dihadapkan pada bencana seperti ini, dan kami tidak memiliki cukup perlengkapan untuk menangani masalah ini," kata Sudheer Maudhoo, Menteri Perikanan Mauritius kepada The New York Times.
Diketahui, tumpahan tidak langsung terjadi setelah insiden tabrakan.
"Pada awalnya, MV Wakashio karam saat bertabrakan dengan terumbu karang sekitar 2 mil (3,2 kilometer). Setelah kapal kandas, awaknya dievakuasi dengan aman. Namun, upaya untuk menstabilkan kapal dan memompa minyak gagal karena ombak besar di Samudra Hindia telah menghantam kapal tersebut," tutur Maudhoo dan Menteri Lingkungan Kavy Ramano kepada The Guardian.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Tertangkap Satelit Maxar
Baru seminggu terakhir ini minyak yang tumpah dari celah baru di lambung kapal mulai mengalir ke laguna biru Mauritius, perairan yang menarik wisatawan internasional dan mendukung industri perikanan Negara. Gambar tumpahan minyak itu pun ditangkap oleh satelit yang dioperasikan oleh Maxar Technologies.
Gambar-gambar ini, diambil pada pagi hari tanggal 7 Agustus, menunjukkan gumpalan minyak hitam memenuhi laguna dan melayang ke barat laut menuju pantai.
Nagashiki Shipping, perusahaan pemilik MV Wakashio, mengatakan upaya penyelamatan ditunda karena kondisi laut yang sedang buruk, tetapi pihaknya tetap melakukan pemantauan situasi.
"Nagashiki Shipping melakukan tanggung jawabnya dengan sangat serius. Kepada agen mitra serta kontraktor, akan melakukan segala upaya untuk melindungi lingkungan laut dan mencegah pencemaran lebih lanjut," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
Meskipun dimiliki oleh Nagashiki Shipping, kapal sepanjang 984 kaki (300 meter) yang dibangun pada tahun 2007 itu mengibarkan bendera Panama.
Lokasi tumpahan, Pointe d'Esny, adalah kawasan sensitif lingkungan yang dilindungi oleh perjanjian internasional untuk konservasi dan penggunaan lahan basah secara berkelanjutan. Kawasan itu juga dekat dengan Blue Bay Marine Park, destinasi wisata, menurut The Swaddle.
Advertisement
Kasus Tumpahan Minya ke-9 Tahun Ini
Beberapa kelompok berusaha menghentikan aliran cair dari kargo kapal yang tenggelam. Termasuk Penjaga Pantai Nasional Mauritius, perusahaan jasa lingkungan Polyeco, dan pulau Reunion di Prancis.
“Tumpahan minyak ini kemungkinan merupakan salah satu krisis ekologi paling mengerikan yang pernah terjadi di pulau kecil itu," kata Greenpeace Afrika dalam sebuah pernyataan Jumat (7 Agustus), menurut Bloomberg Green.
Ini bukan satu-satunya tumpahan minyak yang terjadi pada tahun 2020.
Menurut Wikipedia, setidaknya delapan tumpahan besar lainnya telah terjadi sepanjang tahun ini. Daftar ini termasuk bencana 29 Mei, ketika Rusia mengumumkan keadaan darurat setelah 22.000 ton (20.000 metrik ton) minyak tumpah ke Lingkaran Arktik, menjadikannya salah satu tumpahan minyak terbesar di Rusia modern.
Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul