Liputan6.com, Jakarta - Masa pandemi Covid-19 telah membatasi ruang gerak dan aktivitas luar ruang. Memasuki fase adaptasi kebiasaan baru, ada suguhan seni yang dapat mengobati kerinduan menonton teater.
Sebut saja sejumlah pementasan yang dihadirkan Bakti Budaya Djarum Foundation bekerja sama dengan Titimangsa Foundation. Usai program 'Nonton Teater di Rumah Aja', kini giliran pertunjukan teater bertajuk "Rumah Kenangan" yang siap hadir di tengah publik.
Produksi ke-36 Titimangsa Foundation ini adalah pementasan yang dilakukan tanpa penonton dan dialihmediakan ke dalam bentuk film atau disebut juga cinema play. Rekaman pementasan ditampilkan secara daring pada 15 dan 16 Agustus 2020 pukul 20.00 WIB di laman indonesiakaya.com dan tiket menonton bisa didapatkan seharga Rp50 ribu.
Mengingat pementasan belum tahu kapan bakal kembali digelar, produser pementasan teater Rumah Kenangan, Happy Salma, ditantang untuk mencetuskan ide cerita. Gagasan yang sempat ia pikirkan sejak dulu adalah mengenai keluarga.
Baca Juga
Advertisement
"Tadinya kepikiran karena bulan Agustus apakah menyesuaikan dengan kemerdekaan, tapi rasanya yang paling punya relevansi tinggi adalah berakar pada rumah. Akhirnya tema rumah ini yang dianggap paling pas karena pertunjukannya juga hanya akan berada di satu tempat," papar Happy dalam konferensi pers daring, Selasa (11/8/2020).
Happy menambahkan, pertunjukan secara daring ini dapat disaksikan di mana saja. Kendati, energi saat menonton langsung tentu tak dapat tergantikan. "Iini hanya sebuah alternatif. Kalau tidak, berarti kita tidak melakukan apa-apa," lanjutnya.
Di sisi lain, penulis naskah dan sutradara Rumah Kenangan, Agus Noor, menyebut proses produksi di masa pandemi sebagai pengalaman baru dan mengesankan. Ada beberapa tantangan yang ia temui, seperti bagaimana memindahkan peristiwa panggung ke media sinema, yakni video.
"Pada Rumah Kenangan, semua peristiwa, kejadian berlangsung pada satu set, yakni sebuah rumah. Mas Iskandar Loedin menerjemahkan itu jadi ruang-ruang yang cukup efektif hingga kita tidak perlu cut to cut agar peristiwa teater bisa terasa, dinikmati, pengalaman nonton teater bisa terobati," kata Agus.
Peristiwa di panggung, dikatakan Agus, jauh lebih penting ketimbang hasil editing kamera dan hal ini tetap ia pertahankan. Lalu soal setting, Agus bersama penata artistik Iskandar Loedin, memilih realisme yang simbolis, di mana ada kesan realis, tetapi bukan realisme pada film, sehingga kesan panggung tetap terasa.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Proses Garap Naskah hingga Produksi
Bicara soal proses elaborasi naskah, baik dalam menyelipkan konflik dan emosi setiap karakter, juga dikatakan Agus sebagai salah satu tantangan yang ia hadapi. Hal ini mengingat daya tahan mata orang yang menonton di YouTube berkisar 15 menit per segmen.
"Saya pertama membagi adegan-adegan dalam segmen itu agar tidak lelah. Kedua, bagaimana dalam satu adegan pendek muncul konflik-konflik yang pada artinya secara hitungan teknik, di sini situasi sunyi, mulai konflik, terbangun suasana, saya menghitung detail agar ritme pertunjukkan itu bisa tetap ditonton," kata Agus.
Sementara, pementasan Rumah Kenangan berkisah mengenai enam manusia dengan berbagai karakter yang diikat persaudaraan. Mereka terpaksa berada di satu rumah karena pandemi Covid-19, padahal sebelumnya hidup terpisah.
Pementasan ini menampilkan para pemain yang berdedikasi di film dan teater, seperti Butet Kartaredjasa, Happy Salma, Ratna Riantiarno, Susilo Nugroho, Reza Rahadian, dan Wulan Guritno. Terlibat pula deretan kerabat kerja, seperti Iskandar Loedin dan Deden Jalaludin Bulqini sebagai Penata Artistik, Indra Ing sebagai Penata Musik, Retno Ratih Damayanti sebagai Penata Kostum, dan FourColors Production sebagai Tim Alih Media.
Adapun produksi dilakukan selama pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Karenanya, latihan diadakan via aplikasi Zoom antara pemain dan sutradara yang ada di berbagai penjuru kota di Indonesia. Lalu, seluruh pemain dan kerabat kerja berkumpul di Yogyakarta usai menjalani rapid test dengan hasil nonreaktif.
Selain itu, semua pemain dan tim kerja juga dikarantina di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, menutup akses keluar masuk siapa pun yang tak berkepentingan dengan proses produksi, serta menjalankan protokol kesehatan. Setiap masuk ruangan, ada pengecekan suhu badan dan diharuskan untuk mencuci tangan.
Advertisement