CDC Larang Penggunaan Masker N95 Berkatup

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) baru-baru ini memperbarui pedomannya yang menyarankan orang-orang untuk menghindari masker wajah yang memiliki ventilasi atau katup

oleh Fitri Syarifah diperbarui 13 Agu 2020, 19:00 WIB
Seorang pekerja membuat masker kesehatan N95 di sebuah perusahaan produsen masker di Shenyang, China, 8 Februari 2020. Nantinya masker N95 yang diproduksi perusahaan tersebut akan dipasok ke garis depan upaya pencegahan wabah virus corona di provinsi Hubei dan Liaoning. (Xinhua/Yao Jianfeng)

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) baru-baru ini memperbarui pedomannya yang menyarankan orang-orang untuk menghindari masker wajah yang memiliki ventilasi atau katup, karena tidak efektif dalam mencegah penyebaran COVID-19.

"Tujuan masker adalah untuk mencegah tetesan pernapasan (droplet) mencapai orang lain untuk membantu pengendalian sumber. Masker dengan katup atau ventilasi satu arah memungkinkan udara yang dihembuskan keluar melalui lubang. Hal ini memungkinkan tetesan pernapasan yang dihembuskan dapat mencapai orang lain dan berpotensi menyebarkan virus COVID-19," tulis CDC.

“Oleh karena itu, CDC tidak merekomendasikan penggunaan masker yang memiliki katup atau ventilasi pernapasan."

Dr. John Whyte, Kepala petugas medis dari situs web kesehatan WebMD mengatakanmeskipun memakai masker lebih baik daripada tidak sama sekali, namun penggunaan masker yang benar juga sangat menentukan dalam pencegahan penularan virus. 

"Sebagian besar orang mungkin ingin memakai masker dengan nyaman. Namun poin penting yang perlu diingat saat memilih masker yaitu kunci/segel perlindungannya yang baik, yang memungkinkan kita terbebas dari menulari orang lain dan menjaga diri dari partikel infeksi. Sedangkan masker dengan ventilasi menurunkan efektivitasnya," kata Dr. John.

 

Simak Video Berikut Ini:


Katup tidak menyaring apapun

Ilustrasi. Foto: yourhealth

Menurut Dr. Ali Raj, wakil ketua eksekutif departemen kedokteran di Mass. General Hospital, meskipun katup masker membuat kita bisa sedikit bernapas, namun itu artinya katup tidak bisa menyaring apapun yang dihembuskan oleh pemakainya.

Ditambah, saat ini banyak orang yang keluar rumah untuk kembali beraktivitas, Anda mungkin pernah menemukan orang-orang yang memakai masker yang ada katupnya, yang sama saja seperti orang yang tidak memakai masker sama sekali karena mereka hanya menghembuskan semuanya ke udara tanpa ada filtrasi.

Adapun panduan baru ini muncul setelah beredar Respirator N95 dengan katup kecil di bagian depan. Pada saat itu, Departemen Kesehatan Masyarakat San Francisco turut mengingatkan penduduk, terutama tenaga medis, lewat Twitternya agar tidak menggunakan masker N95 yang ada katupnya.

Masker Valved N95 biasanya tidak digunakan dalam lingkungan medis, meskipun dikatakan dapat membuat pernapasan lebih mudah, menurut sebuah studi tahun 2008 tentang masker. Secara umum, N95 membantu mengurangi paparan pemakainya terhadap partikel di udara, dari aerosol partikel kecil hingga tetesan besar, tulis CDC.

Studi baru menilai masker yang dinilai paling efektif dalam mengekang penyebaran COVID-19. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para peneliti dari Duke University dengan membandingkan 14 jenis masker dan pelindung wajah yang umum tersedia, masker terbaik dalam mengekang penyebaran COVID-19 jatuh kepada masker N95 tanpa katup. 

Peneliti menggunakan metode pengukuran optik sederhana dari kamera ponsel dan penunjuk laser untuk menerangi partikel yang dipancarkan seseorang yang memakai berbagai macam masker dan pelindung wajah. 

Masker katun juga menawarkan lebih banyak perlindungan, dan masker bedah bahkan lebih baik dalam memblokir tetesan, tulis peneliti. Studi ini dipublikasikan Jumat di Science Advances.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya