Liputan6.com, Jakarta - Cat kuku sering dianggap sebagai tren femini, tetapi siapa pun dapat menghiasi kukunya jika mau. Akhir-akhir ini makin banyak pria memilih manikur, dan itu bukan hanya karena norma gender berubah, meski bagian dari itu.
Seperti yang dikatakan Garrett Munce, penulis Self-Care for Men kepada The Guardian, pria yang memakai cat kuku telah lama dipandang sebagai subversif, dan sering dikaitkan dengan aksi musik tertentu seperti punk dan emo.
Baca Juga
Advertisement
"Subkultur yang umumnya menganut itu semua memiliki satu kesamaan: memberontak terhadap standar yang diterima," katanya, dilansir dari The List, Selasa, 11 Agustus 2020.
Munce menilai, pandangan yang diterima selama ini cat kuku sebagai feminin dan memperkenalkannya secara eksklusif kepada perempuan selama beberapa dekade, budaya ini memahami bahwa pria yang memakai cat kuku menantang gagasan itu (feminin). Banyak pria dari semua lapisan masyarakat telah memakai cat kuku akhir-akhir ini.
"Fakta bahwa menikur tidak membutuhkan banyak perawatan. Siapapun bisa mengecat kukunya," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Akibat Pandemi
Banyak pria juga telah mengecat kuku mereka atau meminta orang lain mengecatnya karena pandemi COVID-19. Mereka bereksperimen lewat pengecatan kukunya selama lockdown.
"Saya mendengar dari beberapa teman wanita bahwa pacar atau suami mereka mengizinkan mereka mengecat kuku untuk pertama kalinya," kata Munce. "Mungkin karena bosan, tapi mungkin juga karena pada tingkat tertentu mereka tertarik."
Seni kuku juga berkembang pesat di kalangan pria menjadi semacam simbol status. "Sekarang seni kuku lebih seperti salah satu alat untuk membuat Anda keren, seperti tato atau tindikan atau riasan," kata seniman kuku Mei Kawajiri.
Di antara klien Kawajiri adalah selebritis seperti Travis Scott, A $ AP Ferg, dan Marc Jacobs. Harry Styles juga selebritas yang mengecat kukunya.
Advertisement