Studi: Tak Semua Orang Butuh Waktu Tidur 8 Jam dalam Sehari

Rupanya tak semua orang membutuhkan waktu tidur 8 jam sehari.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 11 Agu 2020, 21:00 WIB
Ternyata, jam bangun seseorang bisa mengungkapkan kepribadiannya. (Foto: Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Sebagian besar dari kalian tentu kerap mendengar bahwa orang dewasa dianjurkan untuk tidur minimal 8 jam setiap harinya. Atau mungkin kalian pernah membaca saran dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) bahwa orang dewasa yang dihitung sejak berumur 18 hingga 60 tahun harus memiliki waktu tidur selama tujuh jam atau lebih.

Tak sedikit yang lantas mengikuti anjuran tersebut. Namun studi baru menemukan adanya mutasi genetik pada orang yang hanya tidur sesaat setiap harinya, dilansir dari FoxNews.

"Kurang tidur dihubungkan dengan banyak penyakit kronis, seperti diabetes tipe-2, penyakit jantung, obesitas, dan depresi, yang mengancam kesehatan kita. Tidak memenuhi lama tidur yang dianjurkan dapat mengakibatkan kecelakaan kendaraan dan kesalahan di waktu kerja, yang menyebabkan luka-luka dan disabilitas setiap tahunnya," kata CDC.

Namun, menurut laporan terbaru yang menjadi headline di majalah Time, para profesor neurologi di University of California, San Francisco (UCSF) menemukan genetika tidur dan variasi ritme sirkadian, atau kompleksitas sistem jam tubuh yang berbeda di setiap orang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Dibawah 8 jam

Ilustrasi Mendapat Mimpi Buruk Credit: pexels.com/pixabay

Menurut mereka, jam internal masing-masing orang untuk beristirahat bisa bervariasi. Sehingga dapat dijelaskan mengapa beberapa orang bisa bangun pagi sedangkan orang lain memilih bergadang.

Para profesor yang dimaksud adalah pasangan menikah Dr. Louis Ptacek and Ying-Hui Fu, yang merupakan ahli dalam bidang genetika tidur. Menurut laporan, sekitar 10 tahun yang lalu, Fu dan tim penelitinya menemukan mutasi genetik langka atau bagi orang yang bisa memiliki kondisi prima setelah tidur hanya selama empat sampai enam dibandingkan orang lain yang harus tidur minimal delapan jam.


Berhubungan dengan gen

Ilustrasi bangun tidur (iStockphoto)

Tahun lalu, para peneliti menemukan mutasi gen lainnya dan menurut Time, Ptacek dan Fu sedang merencanakan merilis laporan penelitiannya terkait genetika, memperkuat bukti yang menjelaskan bahwa tidur yang sebentar merupakan masalah genetik.

“Jika kita bisa lebih memahami efisiensi lama tidur mereka maka kita akan kembali dan membantu setiap orang tidur dengan lebih efisien," ujar Fu kepada majalah Time.


Berbeda jam biologis setiap orang

Ilustrasi tidur (Dok.Unsplash/ Kinga Cichewicz)

Seorang responden penelitian, Seemay Chou, yang juga merupakan karyawan di UCSF, bersama ibunya menjalani interview dan memberikan sampel darah mereka. Keduanya merupakan contoh orang yang tidur cukup hanya sesaat. Fu menemukan bahwa orang-orang yang tidurnya lebih sebentar biasanya lebih semangat, optimis, memiliki toleransi nyeri yang tinggi, dan meningkatkan umur panjang.

Sementara itu, masih ada banyak hal yang bisa diselami dari masalah tidur. Steven Lockley, profesor dokter di Harvard Medical School, mengatakan jam internal masing-masing orang merupakan kunci dalam pengobatan. Dalam arti lain, lamanya beberapa obat atau tes bisa berpotensi menghasilkan serta lebih akurat.

Laporan tersebut juga mereferensi studi kecil dari Swedia yang menemukan bahwa pria yang berlatih di jam 8 pagi memiliki kadar gula darah yang lebih tinggi dibandingkan pria yang berlatih jam 4 sore, menandakan bahwa manfaat latihan semakin membaik di waktu-waktu tertentu dalam sehari.

“Harapannya, lima hingga sepuluh tahun mendatang saat Anda pergi ke dokter, cukup dengan melakukan tes napas atau sampel urine maka dokter akan tahu waktu biologis Anda. Sehingga semua hasil tes dan perawatan bisa berdasarkan waktu nyata internal Anda. Itu artinya bisa saja berbeda jam internal Anda dan saya," tutup Lockley.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya