Liputan6.com, Jakarta - Pemerinta Provinsi Jawa Timur tengah menggarap inisiatif Big Data secara digital. Bukan tanpa alasan, hal ini dilakukan untuk menertibkan serta efisiensi pengarsipan.
Melalui digitalisasi big data ini, maka data dapat diakses sewaktu-waktu dengan cepat dan lebih akurat. Ini tentu berbeda dengan data yang dihimpun dan diakses secara manual.
Advertisement
“Sekarang kita sedang mendorong cloud computing. Ini adalah satu solusi bagi pemerintah yang relatif konservatif dalam menerapkan inovasi,” ujar Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak dalam Bincang Transformasi: Transformasi Digital bukan Pilihan, tapi Keharusan, Rabu (12/8/2020).
Menurutnya, melalui sistem cloud ini dapat mempermudah pendataan. Selain itu, inovasi ini dinilai lebih hemat. Sehingga jika dalam percobaannya tidak sesuai, maka tidka akan akan memakan banyak pengeluaran.
“Dengan cloud computing, kita bisa pinjam kekuatan server dari provider cloudnya, aplikasinya bisa kita pakai sesuai penggunaan dulu. Ini akan mengurangi secara signifikan biaya untuk mencoba sebuah solusi memasyikan solusi itu cocok baru ada proses kustomisasi,” kata Emil.
Emil mengaku, saat ini Pemerintah Jawa Timur tengah mengembangkan sistem ini dengan para mitra di kawasan ekonomi khusus digital Singosari di Malang. Dimana kawasan ini merupakan sebuah pusat untuk pengembangan solusi public sector.
“Jadi cloud-cloud computing, inovasi-inovasi yang kira-kira potensi dikembangkan oleh klien public sector mau itu pemerintah provinsi, instansi vertikal, pemerintah kabupaten desa kecamatan, sampai pengelola rumah sakit pendidikan, bisa mengakses berbagai inovasi. Baik dari dalam maupun luar negeri dengan menggunakan cloud. Sehingga lebih efisien,” pungkas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Minus 5,9 Persen pada Kuartal II 2020
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (Jatim) alami kontraksi atau minus 5,9 persen pada kuartal II 2020 dibandingkan kuartal II 2019.
Sementara itu, perekonomian Jawa Timur yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 551,31 triliun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp 386,36 triliun.
Pertumbuhan PDRB berdasarkan lapangan usaha yang minus secara year on year antara lain jasa perusahaan minus 14,13 persen, penyediaan akomodasi makan dan minum minus 18,61 persen, perdagangan minus 12,25 persen, dan industri pengolahan minus 5,83 persen.
Sementara itu, berdasarkan pengeluaran antara lain impor minus 18,70 persen, ekspor minus 0,27 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) minus 7,55 persen, konsumsi pemerintah minus 1,06 persen, konsumsi rumah tangga minus 4,79 persen dan konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) minus 3,45 persen.
Kontraksi pada semua komponen itu dipengaruhi pandemi COVID-19 yang menyebabkan ada kebijakan pemerintah dengan memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sehingga membatasi ruang gerak masyarakat dan perusahaan dalam beraktivitas sehingga berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat.
Pengeluaran pemerintah terkontraksi hampir di semua pos anggaran seperti belanja pegawai, barang, modal dan sosial baik pada anggaran APBD dan APBN. Ekspor migas unggulan Jawa Timur seperti lemak dan minyak hewan, tembakau, produk kimia, bahan kimia organik, kertas kanton, migas serta ekspor jasa alami kontraksi.
Selain itu, ada beberapa lapangan usaha catat pertumbuhan antara lain lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 10,39 persen, diikuti jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 8,95 persen dan pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 7,46 persen.
Mengutip laman BPS Jawa Timur, Rabu (5/8/2020), pertumbuhan ekonomi Jawa Timur meningkat secara year on year (YoY) cukup signifikan terjadi pada lapangan usaha informasi dan komunikasi didorong ada pemberlakuan work from home (WFH) dan school from home(SFH) sehingga meningkatkan trafik data provider seluler.
Kemudian meningkatnya penggunaan aplikasi rapat virtual seperti zoom meeting, seminar daring atau webinar juga turut mendukung kinerja ekonomi Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi.
Pada kuartal II 2020 ini, lapangan usaha Jawa Timur didominasi lapangan usaha industri pengolahan dengan kontribusi 30,05 persen, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 17,40 persen, serta pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 14,11 persen.
Advertisement